Sunday, June 28, 2009

Mengapa Harus "Dhuafa dan Cerdas"?



Melalui facebook, seorang teman yang berdinas di Depdiknas mengomentari tulisan saya sebelum ini, "Selamat Datang...!" Satu hal yang sudah mengganggunya sejak lama adalah mengapa beasiswa seperti yang diberikan oleh Dompet Dhuafa untuk bersekolah di SMART Ekselensia Indonesia ini dipersyarakatkan bagi lulusan SD yang "dhuafa dan cerdas".

"Mengapa harus cerdas? Bagaimana dengan mereka yang dhuafa tapi tidak cerdas, apakah mereka tidak ada hak memperoleh pendidikan yang baik?" gugatnya.

Saya bingung menjawab teman ini. Saya khawatir pemahaman saya tentang kebijakan pemberian pendidikan bebas biaya di sekolah saya akan dianggap tidak masuk di nalar kandidat magister pendidikan ini. Saya tidak biasa menggunakan bahasa tinggi dengan jargon2 ilmiah. Jadi bahasa saya sederhana saja menjawabnya. Begini,

"kalo boleh beramsal, di halaman rumah cuma ada sepetak tanah yang cukup buat sebatang pohon nangka, sementara bibit nangka ada 200. pasti bibit terbaik yang dipilih. bagusnya sih memang ada halaman lain kan buat menanam 199 bibit lain. bisa tolong cariin nggak, bu? :p"

Semoga beliau mengerti ... :D

Saturday, June 27, 2009

Selamat Datang...!

Akhirnya, selamat datang Angkatan Keenam!

Setelah pembentukan panitia seleksi nasional pada Oktober 2008 lalu, 
publikasi seleksi pada November 2008 hingga akhir Februari 2009, 
puluhan panggilan telepon dan layangan email,
pemasangan "iklan" di puluhan milis dan blog,
banjiran ratusan berkas pendaftaran dari segala penjuru nusantara,

disusul ujicoba soal, kemudian tes akademik, tes psikologi, 
ratusan kilometer kunjungan ke rumah calon siswa...
(di sinilah para mitra daerah yang sangat hebat beraksi!)

kami harus menentukan. Sebuah keputusan penting bagi para cendekiawan muda nusantara yang berbakat besar untuk dapat menyalurkan potensi akademis cemerlang mereka. Sebuah peluang untuk masa depan mereka tanpa harus memikirkan biaya yang akan ditanggung keluarga...

akhirnya, 30 siswa lulusan SD dari Sumatera hingga Papua, akan segera bergabung bulan Juli 2009 sebagai siswa Angkatan Keenam SMART Ekselensia Indonesia, di tahun akademik 2009/2010.

Terimakasih banyak untuk rekan panitia seleksi pusat maupun daerah, pemerintah daerah, para psikolog, rekan-rekan wartawan media cetak dan online, para miliser dan blogger, yang sudah menyebarkan informasi dan membantu pelaksanaan seleksi siswa baru SMART Ekselensia Indonesia tahun ini. Juga kepada seluruh orangtua yang mempercayakan putra kesayangan mereka untuk berani mengeluarkan potensi terbaik mereka bersama kami di Bogor ini.

Selamat datang, sahabat-sahabat pembelajar sejati!

*daftar siswa yang diterima di SMART EI untuk tahun akademik 2009/2010 dapat dilihat di harian Republika, Jumat 26 Juni 2009, halaman 7*

Foto: Angkatan Kelima SMART EI, dalam pelatihan Quantum Learning, Parung, Agustus 2008.

Sunday, June 21, 2009

Kami Belajar Globalisasi

Materi kelas 2 SMART Ekselensia Indonesia tahun ajaran 2008/2009.

SK: Memahami perubahan pemerintahan dan kerjasama internasional.
KD: Menguraikan perilaku masyarakat terhadap perubahan sosial budaya di era global.

Hasilnya: makalah dan presentasinya dengan tema: "Pemuda dan Globalisasi"


Sampul kumpulan makalahnya 



Giliran Makmun berpresentasi terakhir

Presentasi makalah Sandi: "Pengaruh Globalisasi terhadap Akhlak Remaja Muslim Indonesia"

Ustadz Haryo memberikan pandangan

Friday, June 12, 2009

Berbagi (Cerita) Buku

"Apa gunanya banyak baca buku 
Kalau mulut kau bungkam melulu" 
(Wiji Thukul)

Hajatan kami di SMART Ekselensia Indonesia, tiap minggu sekali.

Kegiatan ini awalnya tahun ajaran lalu. Sudah tahu ya, para siswa di sekolah kami begitu mencandu membaca buku, terutama buku bacaan, dan tentunya komik lah :). Silakan cek pada daftar peminjaman buku di perpustakaan, betapa satu anak rata2 dalam sebulan membaca 5-6 judul buku dengan tuntas (bukan buku pelajaran ya...). Guru2 mereka pun kalah...!

Tentu sayang kalau mereka hanya membaca saja, seperti tulis Wiji Thukul, tukang becak-penyair yang hilang pada musim penculikan aktivis oleh rezim Orde Baru. Jadinya, saya mengajukan sebuah kegiatan "berbagi cerita buku" atau book sharing yang dilakukan sekali setiap minggu dalam apel pagi hari Selasa. Tujuan saya, selain mengharapkan semua siswa mau berbagi pengalaman membaca buku kepada teman2nya yang lain, ia juga akan mampu menganalisis hikmah yang terkandung dalam bacaannya. Dan tujuan yang tak kalah pentingnya adalah agar siswa sekolah kami yang bisa dibilang jarang berinteraksi dengan "dunia luar", dapat memupuk keberanian untuk tampil di depan umum secara pantas (walau sementara ini, "kalangan umum" ini masih terbatas pada teman2 dan guru2nya sendiri.

Pertama kali muncul untuk berbagi cerita ini, Agustus 2008, paling afdol dimulai dari siswa kelas tertinggi, kelas 5. Waktu itu Mahbubi yang maju membagikan pengalamannya membaca buku Edensor karangan Andrea Hirata, pengarang favoritnya (dan yang membuat saya lumayan geer disebabkan buku yang dibaca Bubi itu dipinjam dari saya, hehe...). Lalu berlanjut ke kelas-kelas lain, berputar-putar... hingga satu tahun kegiatan ini terlaksana setiap Selasa pagi.

Lebih sering ada drama, karena ada saja siswa yang mengklaim tidak siap untuk berbagi cerita dengan teman2nya. Alasannya belum baca buku yang menarik, atau yang paling jelas adalah malu. Iya, masih saja ada siswa kelas tinggi (kelas 4-5) yang malu kalau harus dipajang di muka civitas academika pagi hari, untuk berbicara selama 10 menit.

Tapi... tentu saja banyak hal positif yang bisa diambil dari kegiatan ini. Siswa jadi lebih percaya diri dan punya persiapan lebih untuk "manggung" di muka umum. Para guru juga jadi tertantang untuk lebih banyak membaca. Eh, tapi memang tidak semua guru, sebagian kecil saja rupanya :p

Buat saya pribadi, dengan mendengarkan cerita siswa atas buku2 yang dibacanya, saya jadi punya pembanding. Selama ini daftar bacaan saya sekitar 15 judul per bulan. Datanya saya simpan di Goodreads. Boleh lah bersaing dengan para kutu buku junior di sekolah kami. Tapi kadang saya suka malu sendiri: kenapa bacaan saya di luar buku teks pelajaran kok kebanyakan novel ya, hehehe....

Sekali2 mau baca buku tentang fungsi otak ah... :)

Friday, June 5, 2009

Membuat Program Organisasi Internasional

Kalau lihat foto di samping, mungkin Anda bertanya-tanya, apa yang ditunjuk oleh para siswa ini?

Yah, kalau boleh nampang sedikit, mereka nampang secara ilmiah. Mereka memperhatikan
dan saling nenunjuk poster2 kampanye lembaga internasional. Ada poster ASEAN, ILO, IDB, UNESCO, UNDP, WHO, Uni Eropa, dan lain-lain.

Semua itu poster buatan mereka sendiri, karena ini masih materi IPS terpadu untuk kelas IX.

Standar Kompetensi: Memahami perubahan pemerintahan dan kerjasama internasional.
Kompetensi dasarnya adalah mendesripsikan kerjasama antarnegara di bidang ekonomi.

Tujuan pembelajaran kali ini secara kognitif adalah siswa mampu membedakan kerjasama-kerjasama internasional di bidang ekonomi dan menjelaskan tujuan kerjasama internasional di bidang ekonomi. Secara afektif, diharapkan siswa mampu menerima perbedaan dan bekerja sama dengan bangsa lain serta memanfaatkan peluang untuk menjalani kerjasama ekonomi internasional.

Nah... nah... kalau setiap siswa diminta menghafal latar belakang, bidang usaha serta negara2 anggota organisasi internasional tersebut, tidak akan efektif. Keterlibatan mereka kurang terhadap organisasi2 tersebut. Maklum, anak pinggiran Bogor :) Maka dalam pembelajaran saya buat mereka dalam kelompok yang terdiri dari dua orang yang harus menguasai luar dalam masing2 organisasi. Tiap kelompok harus membuat kampanye sebuah program organisasi mereka dalam bentuk poster; dipresentasikan di hadapan "warga Indonesia" (teman2 sekelas mereka) dan meminta dukungan teman2 kelas lain pada poster2 yang ditempel di muka kelas. Ya seperti foto di atas itulah...

Lucu2 sebenarnya. Bikin senyum. Karena itulah harapan siswa Indonesia pada lembaga2 internasional yang selama ini kesannya tinggiii... sekali di langit. Tak terjangkau.