Wednesday, November 28, 2012

Ular Tangga Perang Dunia 2 dan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia

Ular tangganya... ular tangga mengenai Perang Dunia II dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia, akhirnya sudah jadi dan diantarkan ke sekolah hari ini...!

Saat sang ular tangga baru datang, dibentangkan dengan rasa semringah oleh sebagian kreatornya :)

Foto di atas itu kejadiannya sesaat setelah istirahat pagi, sekitar 10.30 WIB. Kebetulan beberapa siswa kelas 2A di atas sedang ada kegiatan mengetik di kelas IPS untuk pelajaran Bahasa Indonesia. Kesempatan berfoto bersama hasil karya yang sudah dinanti2 sama sekali tidak mereka lewatkan, hehe.. Tak heran berikutnya saat kelas 2B masuk untuk belajar, kelas ini pun ambil posisi siap berpose dengan mahakarya mereka :)

Kelas 2B dan ular tangga mengenai Perang Dunia II dan masa pendudukan Jepang

Kelas 2B dengan pose bareng spesial kelas IPS SMP SMART EI :)



Dua jam terakhir hari ini, giliran 2A yang masuk kelas untuk belajar. Dengan "kostum" drama yang akan mereka pentaskan mengenai mempertahankan kemerdekaan Indonesia, mereka pun ambil posisi paling memukau... :p

Pose bareng spesial kelas IPS SMP SMART EI versi kelas 2A

Kru lengkap 2A dengan karya besar ular tangga mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Lembar ular tangganya sudah jadi... kapan kita mainkan, ya? Ayo ikut bermain ular tangga sambil belajar sejarah Indonesia bersama di SMART Ekselensia Indonesia! :)

Sunday, November 11, 2012

Bermain Ular Tangga di Medan Perang

Kok nekat ya? Nggak takut ditembak?

Iya tuh... eh, tapi nggak juga sih, karena medan perangnya terjadi di masa lalu, hehe... Pertama medan perang Dunia II dan masa pendudukan Jepang di Indonesia, dan medan perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di dua medan perang akbar yang berlangsung bertahun2 silam ini, digelar permainan ular tangga oleh para siswa kelas 2 SMP SMART Ekselensia Indonesia.

Ular tangga ini adalah produk khusus, dibuat untuk mendukung pembelajaran IPS Terpadu Materi Perang Dunia II dan Pendudukan Jepang di Indonesia, dan Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Bagi banyak siswa, materi pelajaran sejarah kadang memang membosankan jika dipelajari dengan hanya membaca dan mendengarkan penjelasan guru. Pemikiran yang sering muncul dalam benak sebagian orang saat mendengar kata2 "pelajaran sejarah" adalah "apa siy pentingnya mempelajari peristiwa masa lalu itu?"

Maka dari itu, perlu ada cara pembelajaran lain yang lebih baru agar bisa menarik orang2 itu, termasuk para siswa sekolah menengah, untuk "menapaktilasi" peristiwa penting yang telah lalu agar bisa diambil manfaatnya bagi masa depan (cieee... kalimatnya ustadzah Vera... :p).

Sebagai guru yang mengampu materi IPS Terpadu kelas VIII dan IX, jujur saja saya juga kadang bosan menjelaskan materi yang sama setiap tahun walaupun peserta didiknya sudah berganti angkatan. Apalagi, materi sejarah sebenarnya stagnan karena fakta di dalamnya kan tidak bisa berubah. Belum lagi saat materi ini sudah pernah diterima siswa saat di sekolah dasar atau dari media massa. Karena itu bisa jadi malah ada siswa yang merasa bosan karena merasa sudah tahu! Dan inilah tantangan berat bagi kami para guru. Ya kan? Ya kan? *cari dukungan dari sesama teman guru :p

Untuk tahun ajaran ini, saya menggelar berbagai metode pembelajaran agar materi sejarah ini bisa dipahami oleh siswa. Metode pertama, dengan cara mendekatkan diri pada kejadian masa lalu tersebut agar peristiwa sejarah itu dapat ditangkap semangatnya oleh siswa. Tentu tidak dengan membuka pintu ajaib Doraemon atau menggunakan mesin waktu dari perusahaan ITC dalam novel Timeline-nya Michael Crichton ya, tapi dengan mendatangi lokasi penyimpanan benda bersejarah dari masa perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia di Museum Satria Mandala pekan lalu.


Siswa kelas 2 SMP SMART Ekselensia Indonesia di Museum Satria Mandala

Metode kedua adalah metode debat. Topiknya tentu berkesesuaian dengan materi. Ini kami lakukan di kelas tadi. Tapi ceritanya di posting yang lain ya :p. Dengan berdebat yang sesuai aturan, maka para siswa akan ditantang untuk memperdalam pengetahuannya mengenai materi yang diajukan, dan terlatih untuk mengemukakan pendapatnya atas topik tersebut secara tepat agar bisa meyakinkan orang lain.

Metode ketiga (maaf, nggak tahu apa namanya), ya metode bermain :). Untuk permainan inilah kami membuat ular tangga. Bukan sembarang ular tangga, tapi masih sesuai materi.

Nanti masih ada metode lain yang sudah direncanakan, yaitu bermain peran lewat sosiodrama. Masih dalam materi yang sama... tapi karena belum dilaksanakan, maka ceritanya bersambung saja ya...

:)

Saturday, November 10, 2012

(Masih) Sehari Mempertahankan Kemerdekaan di Museum Satria Mandala

Cerita ini masih lanjutan dari kegiatan sehari belajar IPS Terpadu SMP SMART Ekselensia Indonesia. Materinya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, dan lokasinya di Museum Satria Mandala, Jakarta Selatan. 

Tadinya kan saya mengajak kolaborasi ustadzah Retno guru bahasa Indonesia agar kami bisa belajar sama2 di luar sekolah. Ternyata ustadzah Nika sang guru bahasa Inggris juga bisa ikut hari ini mengajar di luar. Bersama 35 siswa kelas 2A dan 2B, ada lagi ustadzah Uci pengajar Fisika yang sedang tidak ada jam mengajar ikut bersama kami berangkat dari Parung, plus ustadz Haris tandem mengajar ustadzah Retno yang berangkat sendiri menjumpai kami di sana.

Setela memarkir mobil2 yang kami tumpangi dari Parung dan membayar ongkos parkir dan karcis masuk museum (relatif murah lho. Masing2 Rp 1500 untuk pelajar, dan Rp 2500 untuk orang dewasa), kami dipandu berkeliling melihat koleksi museum oleh Pak Sarmadah.

Pak Sarmadah dari Pusjarah TNI bersiap memandu rombongan SMP SMART Ekselensia Indonesia di Museum Satria Mandala
Sambil berkeliling dan mendengarkan penjelasan Pak Sarmadah, yang minta difoto bersama objek menarik pun ada ... :)

Sutrisno, Jefri Apriansyah dan Dion Suryadi di bawah lukisan Panglima Sudirman
Andrian Eka Wijaya, Riki Amrizal dan Farid Ilham Muddin gantian berpose di bawah lukisan lain Panglima Sudirman
Ustadzah Uci bersama Andrian, Ilyas dan Jefri di depan patung dada Jenderal AH. Nasution

Ada Nanang, Dion, Doni, Qulub dan Abdi bersama patung dada Jenderal Suharto
Waah... rame! Ada Faisal, Afdal, Affan, Riki, Ilyas, Fatih, Azmi dan Kabul berpose dekat koleksi rudal di halaman museum (eh, itu rudal atau bukan, ya? :p)
Masih Riki dan kawan2 di halaman belakang museum
"Kami tidak naik, kok," kata Rajab menunjuk label yang dipegang Ilyas. "Iya, kami hanya nongkrong di depan pesawat ini saja," sahut Kabul.

Setelah puas foto2 dekat koleksi pesawat bersejarah dan persenjataan berat lain, semua siswa memilih lokasi ternyaman bersama kelompoknya, untuk bersiap menggubah lagu dengan isi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Itu, seperti yang pernah dilakukan kakak2 kelas angkatan 6 dengan lagu inspiratif mereka di link ini atau ini.

Cerita lengkapnya belakangan :) *kebiasaan buruk, jangan ditiru*

Thursday, November 8, 2012

Sehari Mempertahankan Kemerdekaan

Materi pembelajaran IPS Terpadu kelas IX mengenai Perang Dunia II dan masa pendudukan Jepang di Indonesia sebenarnya belum selesai. Untuk menutup pembahasan bab ini sebelum memberi evaluasi berupa ulangan harian, saya ingin mengajak siswa2 saya "mengalami" situasi masa pendudukan Jepang di tahun 1940-an. Kami tidak punya pintu waktu Doraemon, sayangnya. Namun karena sekolah kami berada di Bogor, maka kami bisa mengunjungi Museum dan Monumen Pembela Tanah Air, untungnya :p.

Bersama ustadzah Retno sang guru Bahasa Indonesia yang keren itu, saya merencanakan kunjungan bersama para siswa di satu hari di mana pembelajaran kami bisa digabungkan. Materi bahasa Indonesia adalah membuat tulisan rubrik berita, jadi kunjungan siswa SMART ke museum ini bisa jadi bahan berita, kan... Setelah menaikturunkan jari menyusuri jadwal pelajaran sekolah selama satu minggu, akhirnya ketemu juga hari di mana pembelajaran IPS bisa digabung dengan bahasa Indonesia, dan sekalian dengan bahasa Inggris. Hari itu adalah hari Kamis, dan dari sekian hari Kamis di bulan ini, yang cocok adalah Kamis tanggal 8 November 2012. Hari ini.

Nah, saya belum pernah mengunjungi museum PETA sebelumnya. Karena itu saya cari2 informasi secara lisan dari para pengajar SMART EI yang berdomisili di Bogor. Eh, ternyata sedikit sekali info yang bisa saya dapatkan dengan akurat. Maka Mbah Google kembali jadi andalan. Klik sana, klik sini... yak, cocok. Jadi, mari kita buat kunjungan pendahuluan.

Dengan menimbang bahwa biasanya museum di banyak belahan dunia ditutup untuk kunjungan pada hari Senin, maka Sabtu siang 3 November 2012 lalu, saya dan ustadzah Retno pun jadi backpacker dadakan di Kota Bogor. Naik turun angkot menyandang ransel, akhirnya menjelang pukul tiga kami tiba di Museum PETA itu, di Jalan Jenderal Sudirman. Wah, rupanya sudah cukup sering juga bangunan ini saya lewati, baik dalam keadaan sadar maupun pingsan :p. Di halamannya terparkir dua buah tank dan dua patung ukuran besar.

Patung Shodanco Supriyadi, pemimpin perlawanan PETA di Blitar

Mendekati pagarnya yang tertutup... kok kondisinya mengkhawatirkan, ya? Apakah museum ini tutup?

Pagar dalam Monumen dan Museum PETA


Saat itulah kami melihat sesosok ibu berada di balik pagar halaman dalam museum. Aha, jadi museum yang terlihat sepi di bagian luar ini ternyata buka! Jadi kami mencari dari mana gerangan si ibu tadi bisa menyelinap masuk, siapa tahu kami bisa ikut menyelinap :p. Untunglah sebelum tindakan penyelinapan berlangsung, seorang petugas penjaga museum, Pak Yadi namanya, menghampiri kami dan membantu kami masuk melalui jalan yang benar... alhamdulillah.

Pak Yadi dan rekannya, Pak Cucu, menerima kami dengan ramah. Mereka pun menjelaskan bahwa museum ini ternyata tertutup untuk kunjungan umum pada hari Sabtu dan Minggu, bukan hari Senin seperti museum lain. Setelah mendengar niat kunjungan kami, mereka sangat gembira mendengar rencana kedatangan 35 siswa nusantara dari SMART EI untuk mempelajari seluk beluk tentara Pembela Tanah Air. Namun sayang disayang, untuk kunjungan yang kami rancang tanggal 8 November ini tidak bisa mereka penuhi karena museum ini memiliki jadwal persiapan pameran Hari Pahlawan di Jakarta.

Pahatan di kompleks Monumen PETA. Di balik dinding setengah lingkaran ini ada relief perjuangan bangsa Indonesia.

Yaaa... gagal deh membawa siswa melihat lokasi bumi pelatihan tentara PETA di Bogor ini. Setelah mengambil beberapa gambar lagi di dekat tank yang terparkir di halaman depan, kami meninggalkan lokasi. Dengan terisak2 (this is a "lebay" phrase, of course), kami menyusun rencana baru. Mbah Google kembali jadi jagoan, kami mendapat nomor telepon Museum Satria Mandala di Jakarta. Kring...kring... dibantu Ustadzah Cici dari bagian Humas SMART EI, pembelajaran di luar sekolah hari ini dialihkan ke museum yang tadinya adalah Wisma Yaso, tempat kediaman istri presiden pertama Indonesia, Ratna Sari Dewi.

Karena pindah lokasi, pindah pula tujuan pembelajaran kami. Eh, cuma pembelajaran IPS aja sih yang berubah. Dari tujuan mempelajari kondisi di masa pendudukan Jepang, saya tarik tujuan pembelajaran bab berikutnya, yaitu memahami upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dan di sanalah kami tadi, museum Satria Mandala. Berangkat dari sekolah sekitar pukul 6.15 WIB, menyusuri jalan menuju Jakarta yang you know lah, macet di pagi hari, kami tiba sesaat sebelum pukul 9 WIB, yaitu saat pintu museum mulai dibuka untuk kunjungan.

Turun dari mobil, pikiran saya melayang pada masa bangunan ini masih berfungsi menjadi kediaman nyonya presiden tahun 1960-an. Hmm... it's a vast home, then. Halaman luasnya kini berubah menjadi lapangan parkir mobil pengunjung museum dan lokasi pameran beberapa replika pesawat dan peralatan militer. Masuk ke dalam, ternyata lantai bawah tanah tempat ruang senjata tadinya adalah kolam renang pribadi nyonya presiden. Waauw... (nggak pake koprol, suwer :p).

(bersambung)

Friday, November 2, 2012

Seleksi Nasional Beasiswa SMART Ekselensia Indonesia 2013/2014


Angkatan 9 SMART EI dalam Quantum Learning, Juli 2012

SMART Ekselensia Indonesia adalah sekolah tingkat menengah akselerasi berasrama untuk putra di bawah naungan Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa. Berlokasi di kawasan Parung, Kabupaten Bogor Jawa Barat, sekolah ini didirikan pada tahun 2004. Para siswa angkatan pertama hingga keempat telah lulus dan seluruhnya diterima di berbagai perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Saat ini, sebanyak 174 siswa didik angkatan lima hingga sembilan masih menjalani pendidikan di SMART Ekselensia Indonesia, dari tingkat kelas 1 SMP hingga 3 SMA.

Pendaftaran calon siswa baru angkatan sepuluh untuk tahun ajaran 2013/2014 telah dibuka mulai 1 November 2012 hingga 10 Januari 2013. Proses seleksi hingga kedatangan calon siswa, serta  pendidikan selama berada di kampus SMART EI, tidak dipungut biaya apapun.

Persyaratan Umum
1) Berasal dari keluarga dhuafa (sesuai kriteria Dompet Dhuafa)
2) Laki-laki
3) Lulus/tamat SD atau sederajat
4) Lahir setelah tanggal 31 Juli 2000
5) Bersedia untuk mengikuti program belajar 5 tahun atau hingga selesai
6) Memperoleh izin dari orang tua/wali
7) Memiliki prestasi akademik, dengan kriteria rata-rata nilai rapor kelas IV-VI minimal 7,0 dan tidak ada nilai 5 di buku rapor
8) Memiliki prestasi kegiatan pendukung, seperti olah raga, kesenian, organisasi, atau keterampilan 
9) Bersedia mengikuti seluruh tahapan seleksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
10) Berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular.

Persyaratan Khusus
1) Mengisi formulir pendaftaran calon peserta seleksi
2) Fotokopi rapor kelas IV – VI yang telah dilegalisir oleh sekolah asal.
3) Fotokopi kartu Nomor Induk Siswa Nasional (NISN)
4) Fotokopi ijasah/STTB/STK (dapat disusulkan)
5) Fotokopi piagam penghargaan/sertifikat (jika ada)
6) Surat keterangan tidak mampu dari Kelurahan / Sekolah / Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) setempat.
7) Surat Keterangan Gaji/Penghasilan orang tua/wali dan/atau anggota keluarga yang menopang/ikut membantu pendapatan keluarga dari RT atau RW atau Dewan Kesejahteraan Masjid (DKM) setempat.
8) Surat pernyataan/izin mengikuti pendidikan di SMART EI dari orang tua
9) Fotokopi rekening listrik 2 bulan terakhir
10) Fotokopi KTP orang tua calon siswa atau Surat Keterangan Domisili Tetap dari RT atau RW.
11) Fotokopi Kartu Keluarga (KK) calon siswa.
12) Pasfoto calon siswa ukuran 4 X 6 sebanyak 2 lembar.

Calon siswa daerah Jabodetabek dapat menghubungi:

PANITIA SELEKSI NASIONAL BEASISWA SMART EKSELENSIA INDONESIA 2013/2014
Jl. Raya Parung-Bogor, Desa Jampang, Kecamatan Kemang
Kabupaten Bogor–Jawa Barat 16330
Telp. 0853 122 365 60

Untuk calon siswa dari luar Jabodetabek dapat menghubungi mitra daerah masing-masing. Keterangan lengkap dan alamat mitra daerah dapat dicek di www.smartekselensia.net

Proses seleksi juga dapat diikuti melalui facebook Seleksi Nasional SMART EI  atau twitter @SNBSMARTEI