Thursday, May 30, 2013

Di Balik Layar: Film Pendek "Menatap Biru"

Ada tantangan baru yang cukup mendebarkan bagi anggota klub jurnalistik SMART EI, S'Detik, yg baru berdiri "seumur jagung". Tadinya kami melihat di situs Film Pelajar ada sebuah lomba pembuatan film pendek untuk pelajar, diadakan dengan sponsor sebuah bank nasional, yang rencananya akan diikuti oleh Kabul Hidayatulloh dkk. Tetapi oh tetapi, di situs itu juga muncul sebuah lomba pembuatan film lain, yaitu Festival Film Surabaya, bak memotong di tikungan. Tampaknya lebih seru untuk mengadu nasib di lomba terakhir ini, sehingga akhirnya produksi sebuah film pendek pun dikebut oleh para jurnalis muda berbakat ini.

Ide cerita muncul dari Kabul, yang kemudian juga bertindak sebagai sutradara. Fahrul lulus "casting" sebagai tokoh utama, Ade menjadi juru kamera, dan Rein bertanggung jawab pada tampilan akhir film, alias editor.

Pengarahan dari sutradara dan rangkaian pengambilan gambar adegan di gedung Sekolah Guru Indonesia 

Latihan adegan di koridor sekolah oleh pemeran utama dan pendukung.

Ke mana teman2 klub jurnalistik lain? Ada kok yang sempat berada di depan layar sebagai "cameo" maupun yang membantu di balik layar. Tidak dilupakan peran seorang kakak alumni SMART EI, yaitu Fadyan Hilman, yang memberi kursus singkat nan taktis untuk penyuntingan rekaman demi rekaman hingga alhamdulillah, akhirnya seluruh proses film ini selesai satu hari sebelum tenggat pengiriman ke panitia lomba :)

Kak Fadyan menerangkan cara penyuntingan dengan menggunakan MovieEditor

Rein dan Kabul, akhirnya berhasil menyunting film perdana!

Dan ini lho, poster filmnya: Menatap Biru.

Foto dan penyunting poster: Rein || Model: Fahrul

Apakah film yang mengharubiru ini berhasil jadi pemenang? Kali ini belum. Tapi tentu Kabul dkk tidak patah arang. Berbagai cerita lain siap direkam dan dijadikan film. Maju terus siswa SMART EI dan Klub Jurnalistik S'Detik!

Pengumuman Hasil Seleksi Nasional Beasiswa SMART EI Angkatan 10, 2013-2014

Setelah berbulan dinanti-nanti oleh ratusan keluarga di seluruh Indonesia, akhirnya hari ini diumumkan nama-nama 44 calon siswa angkatan 10 SMART Ekselensia Indonesia, sekolah menengah bebas biaya yang dibiayai oleh dana zakat, infak dan sedekah melalui Dompet Dhuafa.

Fieldtrip SMART Ekselensia Indonesia di Kebun Raya Cibodas, November 2012
Para calon siswa penerang masa depan bangsa itu adalah:

1. Gilang Arisandi - Sumatera Utara
2. Arif Difen Saputra - Sumatera Barat
3. M. Fadlullah Ramadhan - Sumatera Barat
4. Muhammad Iqbal - Sumatera Barat
5. Muhammad Khairul - Sumatera Barat

6. Muhammad Rizaldi - Sumatera Barat
7. Tobi Fanda Putra - Sumatera Barat
8. Bima Awanda  - Sumatera Barat
9. Jordi Saputra - Sumatera Selatan

10. Siddiq Noven Fathana  - Riau
11. Iqbal Sodiq – Lampung
12. Fachturrozie Riski Ananda - Bangka Belitung
13.  Briansyah Hanratama – Jabodetabek
14. Mohammad Rosyid - Jabodetabek
15.  Muhammad Fahmi Ammar - Jabodetabek
16.  Alfan Hakim  - Jabodetabek
17.  Syahrizal Rachim - Jabodetabek
18.  Muhammad Hafizh M - Jabodetabek
19.  Nasrul Azmi - Jabodetabek
20.  Rama Ahmad Noor Faizi – Jabodetabek
21.  Hizbullah Ash-Shidiqy - Jawa Barat
22.  Restu Agung Darama - Jawa Barat
23.  Tsaury Syidad Putra Sopiandy  - Jawa Barat
24.  Rizky Gunawan - Jawa Barat
25.  Abdullah T. Hasyim - Jawa Tengah
26.  Achmad Dicky Fawzan - Jawa Tengah
27.  M. Indra Triarie S - Jawa Tengah
28.  Hafidh Maulana - Jawa Tengah
29.  Lazuda Ramadhan D - D.I. Yogyakarta
30.  Ikhsan burhanudin - D.I. Yogyakarta
31.  Devon Agastyan Putra - D.I. Yogyakarta
32.  Muhammad Fajrul Iman - Jawa Timur
33.  Habibullah Akbar - Jawa Timur
34.  Ganang Septiadi - Jawa Timur
35.  Muhammad Awaluddin – NTB
36.  Muhammad Syahreza Altrafiz – NTT
37.  Ahmad Basyir Najwan - Kalimantan Selatan
38.  M. Irhas Esa Wisnu - Kalimantan Timur
39.  Muhammad Arif - Kalimantan Timur
40.  Putra Ramadhan - Kalimantan Timur
41.  Ahmad Roni Erlangga - Kalimantan Timur
42.  Samladen Abimanyu - Sulawesi Tengah
43.  Rivandi Pradwipta  - Sulawesi Tengah
44.  Muhammad Rofiq S - Papua Barat 


Selamat bergabung dengan keluarga besar SMART EI. Semoga sekolah ini menjadi jalan terbaik menuju masa depan gemilang.

Thursday, May 9, 2013

Kunjungan ke Istana Kepresidenan dan Galeri Foto Jurnalistik Antara

Ustadzah Vera dan ustadzah Retno mendampingi para jurnalis jempolan SMART EI: Fahrul Hilman, Kabul Hidayatulloh, Agniardi Rein Prasetyo, Ade Putra Tri Prima, Iqro' Maa Filardzi dan Arzaq Tahara Fitwantyo

(Cerita ini ditulis oleh dua orang siswa kelas 2 SMP SMART EI, sebagai bahan latihan menulis sekaligus laporan kunjungan dari kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik. Supaya ceritanya tidak dobel ada di sana dan di sini, maka saya muat ulang saja. Tidak apa2 ya... :p. Selamat membaca.)
Pagi itu, Sabtu tanggal 27 April 2013 saya dan beberapa teman anggota ekstrakurikuler jurnalistik SMART EI dengan didampingi Ustadzah Retno pergi mengunjungi pameran foto dan tur ke Istana Merdeka di Jakarta. Kami repot menyiapkan pakaian batik yang terbaik. Setelah sarapan dan saling menunggu, akhirnya pukul 7 pagi lewat, saat posisi matahari belum terlalu tinggi, kami pun berangkat dari Bogor dengan menggunakan mobil sekolah.
Perjalanan menuju istana memakan waktu kurang lebih selama dua jam. Udara masih agak dingin, sehingga di perjalanan kami lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur. Menjelang pukul 9 pagi kami tiba di komplek Sekretariat Negara di wilayah Jalan Veteran, Jakarta Pusat.
Ternyata area parkir Setneg telah dipadati oleh banyak pengunjung dengan bus-bus besar. Ada satu hal yang membuat saya takjub, karena ternyata pengunjung yang datang tak hanya berasal dari sekitar Jabodetabek saja, tapi juga dari Indramayu Yogyakarta, Pacitan dan Malang (Jawa Timur) bahkan Pringsewu (Lampung).
Kami menunggu dibukanya jam berkunjung dengan hanya duduk-duduk santai. Ada teman yang menyempatkan diri jajan es krim. Sekitar lima belas menit kemudian,pukul sembilan, barulah pendaftaran untuk tur kunjungan istana dibuka. Tapi, kami masih harus menunggu giliran karena banyaknya pengunjung yang datang. Bayangkan untuk sebuah rombongan SMP dari Yogyakarta yang berjumlah sekitar 240 siswa, mereka harus menunggu setidaknya setengah jam. Belum lagi masih banyak rombongan yang terlihat antusias menunggu giliran masuk.
Tak kurang dari dua jam, menjelang pukul 12 siang akhirnya tiba pula giliran kami setelah kaki-kaki kami hampir kesemutan menunggu. Awalnya, kami bergabung dengan rombongan dari suatu Taman Kanak-kanak (TK) bersama guru-guru dan orangtua mereka, dan rombongan Paskibraka DKI di auditorium. Sekitar lima belas menit kami disuguhi film dokumenter tentang sejarah Istana Merdeka.
Setelah itu kami dan rombongan Paskibraka DKI dipisah dari rombongan TK. Bersama kami pergi ke Istana Merdeka yang memakan waktu perjalanan kurang lebih tiga menit dengan menggunakan bis yang telah disediakan pihak Istana. Awalnya kami diberitahukan tentang tata tertib selama berada di lingkungan Istana, di antaranya adalah mematikan telepon genggam. Perjalanan dimulai dari lapangan tempat pengibaran bendera Merah Putih setiap tanggal 17 Agustus. Rombongan kami sempat berfoto di depan Istana Merdeka yang langsung menghadap Monumen Nasional oleh fotografer istana. Nampak ada yang unik di depan pintu istana yaitu adanya dua penjaga yang harus berdiri tegak selama tiga puluh menit. Saya langsung teringat dengan penjaga istana Inggris di film "Mr. Bean".
Di antara ruangan-ruangan yang ada di dalam Istana, terdapat Ruang Jepara, ruangan yang dipenuhi mebel ukiran jepara tempat Presiden menerima tamu. Ada pula ruangan tempat pengunduran diri Presiden Soeharto. Selain itu, masih banyak ruangan lain dan beberapa hasil foto jepretan Ibu Negara, lukisan karya Raden Saleh dan koleksi lainnya.
Selesai dari Istana kami tak langsung pulang ke Bogor, tapi kami mampir dulu ke Pasar Baru tepatnya untuk melihat pameran foto berjudul "Seen" di Galeri Foto Jurnalistik ANTARA. Kami diminta memilih salah satu foto yang paling berkesan dan menceritakan alasannya. Lantai dua galeri ini ternyata merupakan museum jurnalistik yang menceritakan sejarah pendirian kantor berita nasional Indonesia, ANTARA.
Selepas solat dzuhur dan makan siang, dengan diantar hujan yang mengguyur Jakarta, barulah rombongan kami kembali pulang ke SMART Ekselensia Indonesia. (Kabul Hidayatullah dan Ade Putra TP.)