Thursday, August 29, 2013

"Dor!" Tembak Menembak Anti Mati Gaya

Duuuh... saya mati gaya lagi ... :(  Nggak boleh... nggak boleh. Harusnya nggak boleh mati gaya kalau sedang membagi ilmu, ya. Tapi memang kenyataan tidak selalu seindah harapan. Jadi mari kita siasati mati gaya itu dengan... mati tertembak, hehe...

Kamis ini saya tidak sempat seperti biasanya membuat undian "ustad cilik" mana yang akan membantu menyegarkan  suasana belajar baik di kelas 2A maupun 2B. Waktu mengajar 2A tidak ada masalah, karena situasi juga masih cukup segar, yaitu dimulai sekitar pukul 10 pagi. Lalu datang giliran belajar bersama 2B, dua jam pelajaran terakhir hari ini.

Kaki2 saya sudah terasa lelah, maunya duduk manis tapi kan ga mungkin. Mana bisa begitu. Apalagi kami sedang menghabiskan latihan materi bab Ketenagakerjaan. Tapi beberapa siswa mulai pasrah terlena kantuk padahal masih ada waktu 15 menit sebelum bel tanda pelajaran terakhir usai dibunyikan. Saya mulai menyesali kecerobohan saya tidak membawa daftar undian "ustad icebreaker" siang ini, padahal ide saya sedang mentok untuk memikirkan pengalih kantuk yang bisa diterapkan.

Saya tawarkan posisi relawan icebreaker pada beberapa siswa yang duduk di depan dan kelihatan mengantuk. Dua orang menolak dengan alasan sama: "nggak ada ide, ustadzah". Lalu siswa ketiga, Ihsan, tadinya sudah bilang tidak bersedia juga, tapi kemudian mengangguk dan berdiri. Karena sudah ada ustad pengganti, maka tempat duduk Ihsan yang kosong langsung saya tempati. Hanya beberapa detik karena Ihsan kemudian langsung menyeru, "Ayo, ayo... Semua berdiri. Kita buat lingkaran"

Eaaa... baru juga duduk sebentar :p. Tapi sebagai murid pengganti yang patuh, saya pun ikut berdiri dan membuat lingkaran. "Ustad Ihsan" memimpin kami menghitung satu demi satu hingga lengkap 23 orang. Rupanya ini adalah permainan "dor!", di mana orang dengan nomor yang disebut harus jongkok dan membiarkan dua orang di kiri dan kanannya saling menembak hingga mati. Mungkin karena niatnya ingin cepat duduk, maka begitu permainan dimulai, sayalah korban pertama yang harus beristirahat dengan tenang, hehe...

Namun permainan terus berjalan dengan cepat. Tidak ada lagi siswa yang mengantuk karena semua harus berkonsentrasi agar tidak tertembak. Hingga akhirnya menyisakan dua penembak yang bertahan, Aprulloh dan Satrio.

Aprulloh dan Satrio, two last men standing. Eh enggak deh, ternyata Apung dengan cepat menembak Rio yang tidak siaga hingga jatuh...
... dan Rio pun gugur kena tembak Apung. tapi masih bisa meninggalkan lapangan dengan  senyum lebar dan kepala tegak. Dan semua yang tertembak lebih dahulu ikut tersenyum bahagia :)
Semua pun bersorak gembira... Saya juga tentu saja. Alhamdulillah, waktu 10 menit sebelum bel terakhir berbunyi bisa dijalani para siswa menyelesaikan latihan dengan sikap tubuh tegak, tanpa mati gaya lagi :)

Sunday, August 18, 2013

Napak Tilas Proklamasi Kemerdekaan 2013


(judul posting ini standar banget siy... Ga ada yang lain? *getok yang bikin judul *kesakitan sendiri :p)

Saat di kelas sebelum mulai libur lebaran lalu, saya sempat sampaikan pada para siswa kelas 2 di SMART EI, bahwa biasanya ada acara napak tilas proklamasi kemerdekaan RI yang diadakan di Jakarta. Tahun ini kalau bisa sih saya akan usahakan agar siswa SMART bisa ikut kegiatan ini. Pas banget, kan saat ini kami sedang mempelajari bab peristiwa seputar proklamasi dalam pelajaran IPS Terpadu

Banyak tangan teracung ke atas, menyatakan mau ikut... mau ikut, begitu seru mereka. Benar mau ikut, walau acara ini diadakan saat kalian masih libur? pancing saya. Iya, iya, nggak apa2, yang penting jalan2 ke Jakarta... jawab mereka lagi.

Saya tidak bisa langsung menunjuk siapa saja yang bisa ikut, karena acara ini masih harus saya pastikan dulu. Googling sana sini, kirim SMS dan pesan whatsapp kiri kanan, eh belum ada kabar jelas. Yah, biar jelas, mari kita langsung datangi sumbernya.

Hari Rabu (14/8) saya pun berkunjung bersama dua adik sepupu saya ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat. Museum ini cukup mudah dijangkau dengan kendaraan umum dari arah Senen, Kampung Melayu atau Ciputat via Bundaran HI.

Kami tiba menjelang pukul 3 sore dan museum yang sekitar 68 tahun lalu menjadi tempat kediaman Laksamana Tadashi Maeda itu lumayan sepi. Saat itu mungkin cuma ada belasan pengunjung, sudah termasuk beberapa wartawan media cetak dan televisi. Mungkin mereka dapat tugas liputan pendahuluan untuk feature peringatan proklamasi kemerdekaan RI.. (mantan redaktur sotoy beraksi kembali :p)

Tidak ada orang yang kelihatan sebagai petugas atau pemandu museum itu, kepada siapa kami mungkin bisa menanyakan berbagai hal baik mengenai museum maupun acara napak tilasnya. Kami berkeliling di bangunan dua lantai sambil celingak celinguk. Ruang yang terbuka kami masuki, foto dan poster yang ada kami nikmati. Adik saya sampai berkomentar, rumah zaman dulu ini banyak sekali kamar mandinya, ya? :) Kepada seorang petugas keamanan yang berada di depan gedung, akhirnya saya bertanya tentang acara napak tilas proklamasi, dan saya pun diarahkan ke kantor museum di bangunan belakang rumah utama.

Di kantor itu saya menjumpai Ibu Nenny dan Ibu Finna, panitia acara napak tilas tahun ini. Waktu saya menyatakan keinginan agar siswa SMART EI bisa ikut napak tilas proklamasi, bukan saja keinginan itu bisa dipenuhi, tapi bahkan kami ditawari pula untuk ikut napak tilas "penculikan" Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok! Kabarnya ada sekolah yang sudah terdaftar, kemudian membatalkan keikutsertaan siswa-siswa dan guru pendampingnya, pada hari kegiatan ini, yaitu Kamis,15 Agustus 2013. Wah, ini melebihi harapan kami, sebenarnya. Maunya sih kesempatan ini diambil (saya juga belum pernah ke Rengasdengklok, lho! *ga ada yang nanya :p). Tapi berhubung undangan ikut acara napak tilas ke Rengasdengklok itu diberikan cukup mendadak, sulit bagi saya melakukan koordinasi dengan pihak asrama dalam waktu yang singkat itu.

Singkat cerita, kami mendapat undangan resmi untuk berpartisipasi dalam napak tilas proklamasi tahun ini. Esoknya saya pergi ke sekolah, mengurus peminjamam mobil dan izin keluar asrama,  Nama-nama sepuluh  sepuluh siswa yang akan ikut sudah diumumkan, diiringi perasaan sedih beberapa siswa lain yang berharap bisa ikut juga. Ternyata oh ternyata, saat keberangkatan hari Jumat pagi (16/8), "Dua orang batal ikut," lapor ustadzah  Uci yang mengantar dari sekolah. Uhh, pasti mereka menyesal, karena acara napak tilas ini begitu seru dan bikin ketagihan, hehe...

Ini saya kirim fotonya dulu ya...

Kumpul di tangga

Berfoto bersama di depan foto "empunya rumah", Tadashi Maeda
Haidar dan Ghiffar ikut "hadir" dalam perumusan naskah proklamasi
Menemani pengetikan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia
Foto bareng lagi, bersama perbesaran naskah proklamasi



Persiapan berangkat, dan rombongan napak tilas
Bertemu "pejuang kemerdekaan" saat napak tilas menuju Tugu Proklamator
"Napak tilas" menjadi proklamator
Akhirnya dapat juga ruang berfoto bersama di depan Tugu Proklamator...