Tuesday, September 24, 2013

Belajar Pajak Bersama Ahlinya

Pelajaran IPS Terpadu di SMP SMART EI kali ini kembali mengenai bab perpajakan. Materi yang cukup dinanti beberapa siswa yang doyan matematika, karena ada urusan hitung menghitung uang. Sayangnya ini hanya uang orang, pura2 pula, bukan uang sendiri, hehe... 

Sebelum membuat RPP, seperti biasanya saya memeriksa dulu kondisi dunia nyata yang terkait dengan materi ini. Kalau mau gampang sih, tinggal buka saja materi tahun lalu atau gunakan bahan yang persis sama dengan yang ada dalam buku teks yang dipegang oleh siswa. Tapi itu metode mengajar yang sebaiknya tidak dilestarikan ya, karena tidak kontekstual dengan kondisi zaman. Kasihan kan para siswa kalau ilmu yang kita ajarkan di kelas ternyata tidak berguna di kehidupan nyata mereka.

Setelah melakukan pelacakan melalui Google, hingga sampai ke laman Direktorat Jenderal Pajak, Kementrian Keuangan RI, ternyata memang ada perubahan yang lumayan mengejutkan dibandingkan ketika saya mengajarkan materi ini tahun ajaran lalu. Perubahan ini terkait dengan naiknya nilai PTKP bagi wajib pajak nasional yang merupakan salah satu unsur dalam menghitung Pajak Penghasilan (PPh). Hingga tanggal 31 Desember 2012, PTKP Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) yang bisa disebut sebagai pengurang penghasilan yang akan dikenai pajak tersebut adalah sebesar Rp 15.840.000,-, mulai Januari menjadi Rp 24.300.000,-. Di dalam buku teks yang terbit tahun 2006 bahkan nilai PTKP WP OP masih tertera Rp 13.200.000,-

Waaah, lumayan signifikan ya, peningkatan PTKP ini. Tapi apa alasan pemerintah, ya? Karena saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu, maka

Tidak ada cara lain. Kita harus 
berjalan terus.

(eh itu sih puisinya Taufiq Ismail, ya? :p)

Maksud saya, apa boleh buat, kita minta saja seorang pegawai Dirjen Pajak Kementrian Keuangan RI untuk menjadi guru tamu di kelas untuk para siswa. Bukan kali ini ada guru tamu untuk materi pajak, dua tahun lalu juga ada salah satu pegawai di bawah Dirjen Pajak yang pernah saya undang. Bedanya, sekarang Pak Yuliyono datang hanya untuk mengajar kelas 2 saja. Karena aula sedang dipakai untuk acara lain, dan karena jumlah siswa kelas 2A dan 2B ini mencapai 44 anak, maka kami belajar sambil lesehan menumpang di kelas geografi dan bahasa.

Benar saja kan. Saat diberi kesempatan bertanya, langsung ada pertanyaan dari Azzam tentang kenaikan nilai PTKP tadi. Selain menjawab pertanyaan2 dari Azzam dkk, Pak Guru Ijul ini juga tidak lupa menyiapkan tantangan menghitung pajak untuk para siswa. Tiga orang siswa pun berhasil menyelesaikan tantangan dan mendapat bingkisan buku dari Pak Ijul. Saya belum tanya, apakah isinya buku tentang pajak, atau jenis metropop, hehe...

Terima kasih, Pak Guru tamu ahli pajak hari ini yang pulang pergi ke SMART memilih berkelana dengan angkutan umum, tidak mau dijemput mau pun diantar (kok jadi kayak jailangkung #eh). Semoga ilmu yang dibagi bisa bermanfaat, dan nantinya membuat para siswa taat membayar pajak dan zakat juga, tentunya. :)

Pak Guru Yuliyono "in action"

Vikram mengerjakan soal menghitung pajak yang ketiga

Aldi Maulana, Vikram Makrif dan M. Syahid Fathurrizqi menerima hadiah dari Pak Ijul

Pemberian kenang-kenangan buat Pak Ijul yang diserahkan oleh Ahmad Ilham Akbar sang penggambarnya

Wednesday, September 18, 2013

Inspirasi Hidup Bunda Pipiet Senja

Seorang yang istimewa hari ini (Rabu, 18/9) menjadi guru inspirasi kami di SMART Ekselensia Indonesia. Beliau adalah Bunda Pipiet Senja, penulis lebih dari 130 buku bacaan sejak 40 tahun lalu.
Beliau datang berbagi cerita kehidupan kepenulisan sejak masih berusia belasan tahun, dengan keterbatasan fasilitas serta penyakit thalassemia yang masih "setia" mendampingi hingga kini. Bunda Pipiet mampu membawa suasana segar bagi peserta kelas inspirasi yang terdiri dari kelas 1-3 SMP SMART EI.

Kisah tentang puisi2 pertamanya yang dimuat di majalah "Aktuil" tahun 1970 an, bisa membuat para siswa tergelak dan terpukau. Mereka tak bisa menahan tawa saat diceritakan para redaktur majalah terkejut mendapati seorang gadis muda yang sebelumnya menyurati mereka dengan "ancaman" gentayangan, ternyata datang meminta honor pemuatan puisi dengan kaki masih "menapak tanah". Berikutnya para siswa terperangah saat tahu lima puisi Pipiet muda saat itu dihargai 7500 rupiah. Padahal harga per gram emas saat itu adalah 800 rupiah... Luar biasa sekali.

Bunda Pipiet juga tidak pelit membagi tips untuk bisa sukses merintis karir sebagai penulis: membaca-membaca-membaca, serta menulis-menulis-menulis. Bila konsisten dijalankan, maka kesuksesan juga akan konsisten menghampiri.

Sunday, September 15, 2013

Berdetik-detik Kemudian...



Hari ini lahir sebuah cerita tentang perjuangan selama puluhan ribu detik. Perjuangan mengalami dan mengingat kebenaran dan menuliskannya bagi banyak orang. Perjuangan melawan jatuhnya semangat dan menghadapi padamnya listrik di sore hari masa tenggat. Perjuangan menerbitkan kembali majalah sekolah DuaBelaSdetik di SMART Ekselensia Indonesia...

...

Yak, cukup lebaynya. Mari langsung kita nikmati tampilan sampul depan edisi keenam DuaBelaSdetik, hasil kerjasama banyak pihak. Terutama siswa2 peserta terbaru klub jurnalistik SDetik, yang bersemangat melakukan liputan, wawancara, pengambilan gambar dan penulisan. Tak lupa juga kerjasama pihak PLN Bogor yang sempat menguji kesabaran dengan pemadaman listrik saat hujan deras melanda wilayah Parung Sabtu (14/9) kemarin. Padahal itu adalah saat di mana kami sedang berada di jadwal kritis untuk menata letak dan mencetak majalah ini.


Banyak ya kru-nya... :) Semoga benar2 bisa menjadi jurnalis militan dalam memberitakan kebenaran, amin...!

Akhirnya, DuaBelaSdetik edisi ini (yang membengkak menjadi 18detik, hehe...), siap dicetak dan dipasang di lokasi mading sekitar pukul setengah delapan malam. Penempelan dilakukan oleh para kru baru Sdetik, Syam'un, Vikram dan Satrio, yang sebenarnya sangat lelah hari itu sejak usai mandi pagi dan sarapan: latihan Pramuka, ekskul jurnalistik, dan belajar di Klinik Pendidikan MIPA di Bogor.


Tetap semangat! Mari terus mengabarkan detik2 kebenaran dalam hidup kita!

Saturday, September 7, 2013

The Campaign Strikes Back!


Ini adalah berita terbaru kampanye partai2 politik yang dibentuk oleh siswa kelas 2 SMP SMART EI untuk materi Demokrasi dalam pelajaran PKN.

Jumat minggu lalu (30/8) ada masing2 empat partai di kelas 2A dan 2B yang telah melakukan presentasi visi, misi dan lambang partai. Kemarin adalah waktu untuk pengenalan calon presiden OASE yang diajukan, serta menjabarkan program kerja yang akan dijalankan bila partai tersebut menang dalam Pemira.

Jadwal presentasi pagi adalah kelas 2A, tempatnya di halaman masjid Al Insan. Dua orang pendukung kampanye, Ustadzah Ratna dan Ustadzah Nika sudah hadir di lapangan.

Partai Insan Mulia, ada M. Insan Maulana, Andre Syaputra, M. Haydar Zaky D, M. Syam'un Al Ghazi, dan Daffa Abimanyu
Orasi Partai Pencari Ilmu bersama M. Fatikhur Rafi,  Ade Mustopic, Al Ghifari Farhan M., Vikram Makrif, dan Anggi Nurkholis

Partai Kesejahteraan Nasional, beranggotakan M. Harsa Nur R., Bimo Priyoyudho, M. Ibnu Al Fida, Dimas Ardian S., M. Al Hamid., Rizky Maulana Pardomuan PD.
Katanya ini "Partai Cibi-cibi", padahal resminya Partai Citra Bangsa :)
Ada Tri Agus Setiawandika, Jefri, M. Zikrur Rahman, M. Haidar Hilmy, Nadhif Putra W. dan Anas Wahid A.


Selepas solat Jumat dan makan siang, tiba giliran kelas 2B. Lapangan depan masjid sudah merata disinari cahaya matahari siang, jadi kami pindah arena kampanye ke lapangan yang berada lebih ke selatan sekitar 20 meter saja :)

Penampil pertama kampanye, Partai Gerakan Karya Disiplin, bersama Ahmad Ilham Akbar, Vebrian Galih Sati V., M. Ikrom Azzam, Yanwari Musthafa Zein, Ridho Wahyudi Putra, dan M. Aziz Nur Hikmah

Partai Anak Dakwah Indonesia, mengklaim sebagai idaman para petani (ga nyambung tu, hehe..), mengutus juru kampanye Arman Apriansyah, Mukhlisin, M. Fahri, Aprulloh, M. Syahid Fathurrizky dan A. Senoaji Wijaya S.
Inilah Partai Indah, Aman dan Mandiri, menampilkan Ahcmad Fajar Cici Mulyana, A. Zikri Azmi, M. Ihsan Kamaluddin Tamam, Abdulloh, dan Rizky Dwi Satrio (foto oleh Ustad Syahid Abdulqodir) 
Maaf, pengambilan gambarnya terlalu jauh. M. Qomaruddin, M. Yani Al Risky, Aldi Maulana, Ringga Eka Putra dan Yoga Rikhaldi Putra memaparkan program kerja Partai Perisai Demokrasi (foto oleh Ustad Syahid Abdulqodir)

Ustadzah Vivi dan Ustad Syahid ikut menyaksikan kampanye kelas 2B

Thursday, September 5, 2013

Kronologi Hidupku...

Tahun ini saya punya jam tambahan baru, yaitu mengajar materi khusus Sejarah untuk kelas 3A dan 3B. Namanya juga "sejarah", saya pun banyak bernostalgia, mengingat kembali materi yang pernah saya ajarkan di tempat tugas saya sebelumnya, SMA Global Islamic School, Jakarta Timur.

Saat itu pertengahan tahun 2004, awal tahun ajaran pemberlakukan Kurikulum 2004. Ada beberapa perubahan dalam struktur (dari TIU dan TIK menjadi SK dan KD), serta muatan isi yang berbeda dengan kurikulum pendidikan sebelumnya, yaitu kurikulum 1994. Misalnya tentang bab pertama, "Hakikat dan Ruang Lingkup Ilmu Sejarah". Siswa dikenalkan kembali dengan sejarah, mulai dari istilah dan pengertian. Setelah kenal, nanti bisa jadi sayang, kan :p

Ini materi baru! Tantangan dalam mencintai sejarah, adalah mengenal sejarah terlebih dulu. Beberapa sumber menyarankan untuk mengantarkan materi ini dengan mengajak siswa membuat pohon silsilah keluarga dan menggali kisah unik yang mereka dapat dari anggota keluarga yang ada dalam pohon tersebut. Saya menjalankan cara ini, dan mendapat banyak hal menarik ketika siswa mengumpulkan tugas pohon silsilah tersebut, sebagian dengan melampirkan foto kenangan mereka.

Di antaranya adalah tugas dari seorang siswa yang memiliki kakek yang gemar menamai putra2nya dengan nama tokoh dunia. Salah satu paman siswa ini, berasal dari suku Sunda,  memiliki nama depan "Ho", karena sang kakek mengidolakan Ho Chi Minh yang merupakan Bapak Bangsa Vietnam :)

Sekarang sembilan tahun berlalu, buat saya, membuat pohon silsilah sudah tidak zamannya lagi. Saya ingin menggali hal yang baru, yang sepengetahuan saya, belum dijalankan oleh guru sejarah sebelumnya. Setidaknya oleh guru sejarah di SMART EI, ya :p.

Pada pertemuan pertama, saya minta para siswa berburu narasumber. Tiga puluh empat siswa berkeliling sekolah mencari 34 orang yang berpendidikan minimal SMA untuk memberikan definisi "sejarah". Terkumpullah 34 definisi tentang sejarah yang dibuat oleh kakak alumni, guru matematika, guru BK, staf administrasi, staf kebersihan, dan lain-lain. Kemudian di kelas, kami bersama menarik benang merah mengenai pengertian sejarah dengan menarik kata2 kunci berikut: "peristiwa", "masa lalu", "manusia", "pelajaran/hikmah".

Karena saya peggemar berat Timeline karya Michael Crichton, dalam pertemuan itu tak lupa saya tuliskan di papan tulis, pendapat Crichton tentang sejarah dalam bukunya itu:

"... if you didn't know history, you didn't know anything. You were a leaf that didn't know it was part of a tree.”

Nah, para siswa ini sudah tak asing dengan cerita Timeline, meskipun ingatan mereka tentu merujuk pada filmnya yang dibintangi antara oleh Paul Walker dan sudah saya putarkan untuk mereka semester lalu. Saya tunjuk beberapa siswa secara acak untuk membuat definisi mereka sendiri mengenai sejarah.

Dalam pertemuan berikutnya kami membahas kedudukan sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu dan seni. Berbagai pengetahuan dan pengalaman kami jadikan sumber belajar. Saya putarkan juga dua film pendek mengenai Manfred von Richtofen, seorang pilot ace Jerman dalam Perang Dunia I. Satu film merupakan film dokumenter, satu lagi adalah trailer film "The Red Baron" produksi tahun 2008 mengenai jago tempur udara tersebut.

Setelah mereka paham, kami masuk pada kronologi dan periodisasi. Selembar kertas A4 saya bagikan kepada setiap siswa, ada judul yang sudah saya tulis di atasnya, "Chronology of My Life." Dalam kertas itu saya minta siswa menuliskan minimal sepuluh peristiwa yang paling berkesan dalam hidup mereka, dimulai sejak mereka lahir hingga hari itu, Jumat (30/8) yang lalu.



"Waduuh, nulis apa ni?" Satu dua siswa bersuara, lalu celingak-celinguk cari inspirasi. Namun karena yang lain sudah mulai menulis dengan bersemangat, akhirnya semua kepala tampak menekuni kertas di meja masing2, mengisinya dengan tanggal lahir masing2, berbagai peristiwa yang mengiringi, satu per satu, hingga banyak yang akhirnya lebih dari sepuluh peristiwa bersejarah mereka susun di lembar kertas itu, dan mereka kumpulkan di akhir jam pelajaran.

Berikutnya, giliran saya yang bersemangat membaca satu demi satu kisah hidup para cowok belia calon pemimpin masa depan ini. Berbagai cerita standar ada di sana, semisal hari pertama masuk sekolah, baik itu di TK atau SD;  tanggal kelahiran adik pertama dan selanjutnya; tanggal saat dikhitan; serta tanggal pertama kali menginjakkan kaki di SMART EI. Kisah serba pertama yang unik pun ada: pertama kali juara kelas, pertama kali naik pesawat udara, atau pertama kali naik Kereta Rel Listrik.

Yang unik adalah cara penulisan mereka atas peristiwa standar tersebut. Untuk menulis kelahiran, ada yang menuliskan "lahir" saja, ada yang "menghirup udara dunia pertama kalinya di rumah tercinta", "pertama kali membuka mata dan merasakan indahnya dunia", "mengeluarkan suara untuk pertama kalinya di koto tuo", "melihat betapa luasnya ruang lingkupku setelah sebelumnya berada di ruang yang tidak terlalu luas", hingga "menghilangkan kekhawatiran Abiku kepadaku dan Ummiku dengan lahirnya aku ke dunia yang fana dan menjadi anak ke-4." Sungguh kumpulan kisah kelahiran yang tidak membosankan :)

Ada lagi, penulisan kisah khitan mereka. Seorang siswa cukup menulis "Sunat. Sakit..". Ada yang dengan tambahan lain, "Disunat + dapat sepeda baru", juga ada yang menuliskannya dengan "melakukan sunah Rasul, yaitu sunat", atau "mengalami proses menuju kesempurnaan seorang muslim dengan bersunat", atau "saya mengalami bentuk baru (sunat) dan di rumah bagaikan raja, dilayani dan banyak uang". Haha... kocak ya?

Di luar kejadian standar yang dialami setiap remaja putra itu, ada beberapa peristiwa berkesan yang mereka tak mau mengulanginya. Ada yang pernah tertimpa buah durian, atau batu bata di kepala.
Beberapa siswa juga mengingat  gempa bumi yang mereka alami di daerah mereka masing2, yaitu di Yogyakarta dan Sumatera Barat. Sebagian ada yang mengalami kerusakan rumah yang berat sehingga harus tinggal di tempat pengungsian hingga rumah mereka selesai direnovasi.
"2006 - Gempa Jogja yang menyeramkan. Malam gelap penuh petir, hujan, & listrik padam serta tidur di tenda karena rumah tak layak pakai lagi," cerita Ilyas dari Kabupaten Bantul.
"30 September 2009 - Ranah Minang menangis. Gempa bumi meluluhlantakkan Minangkabau. Setengah dari rumahku hancur," tulis Afdhal Firman dari Pariaman.

Tapi ada juga yang mejadikan banjir musiman yang dialami sebagai kisah kenangan yang menyenangkan. "Tahun 2004 - kampung saya kebanjiran besar banget. Tahun 2007 - kampung saya kembali mengalami banjir besar... Tahun 2010 - kampung saya kebanjiran lagi dan sekolah saya terendam air, karena sekolahnya di tebing sungai dan jalan ditutup maka dari itu sekolah diliburkan selama 2 minggu," kisah Azmy dari Bengkayang, diikuti dengan simbol Mr Smiley yang tersenyum lebar.

Buat saya sendiri, ada satu hal yang muncul tanpa disangka. Sebuah penugasan yang tadinya saya pikir biasa saja, rupanya oleh beberapa siswa menjadi hal yang tidak biasa, menjadi semacam refleksi atas kehidupan yang mereka jalani selama ini.

Banyak di antara siswa2 ini yang menjadikan tanggal pengerjaan tugas ini sebagai penutup kronologi kehidupan mereka. Sebagian besar menulis semacam ini: "30 Agustus 2013 - menulis hal2 di atas" atau "30 Agustus 2013 - menulis kronologi ini." Ada pula yang seperti ini: "30 Agustus 2013 - Belajar sejarah bersama Ustadzah Vera, materi kronologi."

Makin banyak yang saya baca, hati saya jadi meleleh. Seorang siswa menulis bahwa tanggal 30 Agustus 2013, ia "Mengingat kenangan masa laluku nan indah." Siswa lain mencatat, "menulis dan mengingat kembali masa lalu yang hampir terlupakan seperti di atas." Atau yang ini, "Menulis kronologiku dengan perasaan yang campuraduk." Setiap kali membaca sampai sini, perasaan saya pun ikut campur aduk. Mata berkaca2, dada terasa sesak. Sebenarnya perasaan ini sulit saya ungkap dengan kata2. Semacam senang, terkejut, juga merasa dipercaya dan dihargai. Dan terutama, rasa terimakasih.



Siswa2ku tersayang, terimakasih. Hari ini juga saya mencatat kebersamaan kita di kelas, sebagai refleksi bahwa masa lalu bisa saja berlalu, namun kenangannya akan selalu menyertai untuk membangun masa depan yang Insya Allah, jauh lebih baik.

*dan dada saya terasa sesak lagi...

Monday, September 2, 2013

Liputan Lapangan "S'Detik" di World Police Band Concert 2013

Anggota marching band Akademi Kepolisian RI 
Hari Minggu, resminya kegiatan sekolah libur. Namun Minggu pagi (1/9), sebanyak 14 siswa SMART EI tersebar di sepanjang ruas jalan MH Thamrin dan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat. Mereka adalah para peserta orientasi liputan lapangan klub Jurnalistik SMART EI, S'Detik, yang telah terpilih untuk menyaksikan dan meliput parade World Police Band Concert 2013 di Jakarta. Ini kegiatan tahunan besar yang diadakan antara lain oleh Mainichi Shimbun, harian terkemuka negeri matahari terbit serta World Police Band Concert Committee. Tahun ini, parade ini adalah penyelenggaraan kedelapanbelas kalinya.

Baru kali ini lho parade ini diadakan di Jakarta. Karena itu klub S'Detik mengirim utusan untuk menjadi mata dan telinga bagi seluruh seluruh civitas akademika SMART EI yang tidak bisa hadir. Empat belas siswa SMP dan SMA ini didampingi oleh ustadzah Vera ("hadir!"), ustadzah Uci dan Ustadzah Retno. Untuk mengambil sudut penulisan dan gambar yang unik, mereka dibagi dalam tiga kelompok. Satu kelompok bersama ustadzah Retno berada di pos Bundaran Hotel Indonesia, kelompok kedua bersama ustadzah Uci bersiaga di depan Sarinah, dan kelompok ketiga yang paling muda dan bersemangat menanti keberangkatan parade di bundaran patung Arjunawiwaha dan air mancur Monumen Nasional.

Kru liputan S'Detik di pos ketiga: Vikram, Ilham, Aziz, Azzam dan Yusuf

Kelompok ketiga ini yang berjalan kaki paling jauh dari pos pertama di Bundaran HI. Tapi rasa lelah tersebut cukup terbayar karena bisa menjadi tim yang menjumpai langsung anggota marching band dari lima negara (Indonesia, Jepang, Vietnam, Korea Selatan, dan Amerika Serikat) saat mereka belum bergerak. Kelima anggota tim juga bisa berfoto bersama anggota marching band pembuka parade, yaitu dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).


Berfoto bersama drummer marching band IPDN
Anggota pasukan marching band IPDN (foto oleh Ahmad Ilham Akbar)

Barisan polisi wanita dari marching band Tokyo Metropolitan Police Department (foto oleh Ahmad Ilham Akbar)
Sekitar pukul 8 pagi, band-band ini mulai bergerak, didahului rombongan tanjidor. Segera kabar keberangkatan disampaikan kepada teman2 di pos lain agar bersiap. Lima anggota tim pos ketiga pun siap dengan sudut2 liputannya. Ada yang mengambil gambar dengan kamera hingga ke jalur pembatas busway, ada yang di tepi jalan saja, ada yang sambil jalan mewawancara panitia kegiatan, dan ada juga yang mengamati para penonton lain sambil duduk di trotoar :p

Hasil liputan para jurnalis muda ini insya Allah akan segera diolah dan dipublikasikan di media kami, yaitu mading DuaBelaSdetik dan buletin S'Detik. Kalau mau baca, datang ke sekolah kami, ya! :p