Thursday, March 5, 2015

Merayakan "World Read Aloud Day 2015"

Selalu senang bila kalender menunjukkan waktu memasuki awal Maret. Ini artinya pada hari Rabu minggu pertama ada kegiatan seru yang bisa dilakukan bersama banyak pembaca di seluruh belahan dunia, yaitu "World Read Aloud Day". Mari tengok kalender terdekat, di tahun 2015 ini, peringatan hari membaca keras2 untuk orang lain ini jatuh pada tanggal 4 Maret. Rabu kemarin. Iya, kemarin.


Di sekolah kami nun di pedesaan Jampang nan basah di musim hujan, kegiatan membaca ini diadakan bersama siswa2 kelas 1 SMP SMART Ekselensia Indonesia, pada jam pengayaan bahasa setelah dzuhur. Sebagai anggota Goodreads Indonesia, komunitas berbasis kegiatan daring bidang baca-membaca, saya terpacu untuk bisa melihat minat baca di kalangan siswa paling muda SMART EI tahun ajaran ini.

Sebabnya, karena ada survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan penurunan minat baca masyarakat. Berdasarkan hasil survei 2006-2012, untuk surat kabar ada tren penurunan. Pada 2006, persentase orang yang membaca ada 19,98, selanjutnya untuk 2009 turun menjadi 16,26, dan 2012 menjadi 15,06.

Penurunan jumlah pembaca juga terjadi terhadap tabloid/majalah. Persentase masyarakat yang membaca tabloid/majalah berkurang, dari 11,26 persen pada 2006, turun menjadi 7,45 persen pada 2009, dan 6,92 persen selama 2012.

Sementara itu, untuk pembaca buku cerita cenderung stabil. Pada 2006, angkanya sebesar 6,46 persen, turun jadi 4,58 persen pada 2009, dan naik lagi menjadi 5,01 persen untuk 2012. Selanjutnya, yang membaca buku pelajaran sekolah meningkat, dari 18,27 persen pada 2006 menjadi 19,13 persen selama 2009, dan 20,48 persen pada 2012 (data dari VivaNews.com, 19 Desember 2014)

Apakah hasil survei tersebut sesuai dengan kondisi di SMART, saya tidak tahu karena belum pernah ada penelitiannya. Tapi mengenai "membaca dengan suara keras" (reading aloud) yang dilakukan guru (atau orang dewasa) kepada siswa (atau anak2) konon ada beberapa manfaatnya, yaitu memberikan contoh proses membaca secara positif; mengekspos siswa untuk memperkaya kosa kata; memberi siswa informasi baru; mengenalkan kepada siswa berbagai aliran sastra; serta memberi siswa kesempatan menyimak dan menggunakan daya imajinasinya.

Tentu kegiatan membaca keras ini harus ada persiapannya ya. Persiapan utama adalah mencari buku2 yang sesuai untuk pembaca dan pendengarnya. Saya sudah bongkar buku2 saya di tiga lemari terpisah untuk kegiatan ini, lalu terkumpullah sepuluh buku yang menurut saya cocok untuk dibaca siswa usia 12-13 tahun. Semuanya buku terjemahan (waaah... apa boleh buat) dari pengarang2 dunia dengan cerita mengenai dunia anak2 tentunya.

Mustinya ada 35 siswa yang ikut, sayangnya tiga di antara mereka hari itu mendapat cobaan berupa tubuh yang kurang mendukung untuk berangkat ke sekolah. Jadi ya di hadapan tiga puluh dua siswa ini saya contohkan terlebih dahulu pembacaan dengan dua keras dua paragraf dari buku "Kisah Hidup" Roald Dahl, penulis cerita anak Inggris keturunan Norwegia. Buku ini saya pilih karena merupakan otobiografi Dahl, yang mengisahkan saat sang penulis masuk sekolah asrama terpisah dari ibu dan saudara2nya pada usia yang juga belia.

Berikutnya, saya dibantu ustadzah Retno, pengajar Bahasa Indonesia yang keren di SMP kami. Tiga puluh dua siswa itu kami bagi menjadi delapan kelompok kecil, dan tiap kelompok dipinjami buku untuk dibaca bersama. Mereka bergantian membacakan bagian dalam buku masing2 dalam kelompok, dengan gaya dan intonasi yang menarik.

Setiap kelompok kami kunjungi, dengan tujuan mencari cerita yang dibacakan dengan asyik dan seru untuk seisi kelas. Sungguh menarik mengamati kesepakatan di antara mereka untuk menentukan giliran membacakan dan seberapa banyak bagian yang dibaca setiap orang.




Buku "Minoes" karya Annie MG. Schmidt
"Untunglah, Susunya", karangan Neil Gaiman
Buku Roald Dahl, "Jerapah, Pelikan, dan Aku"
Masih Roald Dahl, "Kisah Masa Kecil"
Buku "Dua Puluh Satu Balon Udara", karya William Pene du Bois
Buku Frances Hodgson Burnett, "The Little Princess".
Ada Roald Dahl lagi, "Mr Fox yang Misterius."
Buku Lemony Snicket, "Mula Malapetaka".




Setelah keliling delapan kelompok ini, mengamati keseruan tiap kelompok menikmati pembacaan keras2 dari teman2, akhirnya ada sesi Yahya membacakan buku yang ada di kelompoknya untuk semua temannya di kelas. Buku yang dibacanya adalah karya terbaru Neil Gaiman, spesialis cerita "tidak biasa" mengenai dunia anak2. Ini lho aksi Yahya:





Nah, nah... membaca cerita dengan suara keras itu menyenangkan, ya? Semoga selalu semangat membaca, ya Nak :)