"Apa gunanya banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu"
(Wiji Thukul)
Kegiatan ini awalnya tahun ajaran lalu. Sudah tahu ya, para siswa di sekolah kami begitu mencandu membaca buku, terutama buku bacaan, dan tentunya komik lah :). Silakan cek pada daftar peminjaman buku di perpustakaan, betapa satu anak rata2 dalam sebulan membaca 5-6 judul buku dengan tuntas (bukan buku pelajaran ya...). Guru2 mereka pun kalah...!
Tentu sayang kalau mereka hanya membaca saja, seperti tulis Wiji Thukul, tukang becak-penyair yang hilang pada musim penculikan aktivis oleh rezim Orde Baru. Jadinya, saya mengajukan sebuah kegiatan "berbagi cerita buku" atau book sharing yang dilakukan sekali setiap minggu dalam apel pagi hari Selasa. Tujuan saya, selain mengharapkan semua siswa mau berbagi pengalaman membaca buku kepada teman2nya yang lain, ia juga akan mampu menganalisis hikmah yang terkandung dalam bacaannya. Dan tujuan yang tak kalah pentingnya adalah agar siswa sekolah kami yang bisa dibilang jarang berinteraksi dengan "dunia luar", dapat memupuk keberanian untuk tampil di depan umum secara pantas (walau sementara ini, "kalangan umum" ini masih terbatas pada teman2 dan guru2nya sendiri.
Pertama kali muncul untuk berbagi cerita ini, Agustus 2008, paling afdol dimulai dari siswa kelas tertinggi, kelas 5. Waktu itu Mahbubi yang maju membagikan pengalamannya membaca buku Edensor karangan Andrea Hirata, pengarang favoritnya (dan yang membuat saya lumayan geer disebabkan buku yang dibaca Bubi itu dipinjam dari saya, hehe...). Lalu berlanjut ke kelas-kelas lain, berputar-putar... hingga satu tahun kegiatan ini terlaksana setiap Selasa pagi.
Lebih sering ada drama, karena ada saja siswa yang mengklaim tidak siap untuk berbagi cerita dengan teman2nya. Alasannya belum baca buku yang menarik, atau yang paling jelas adalah malu. Iya, masih saja ada siswa kelas tinggi (kelas 4-5) yang malu kalau harus dipajang di muka civitas academika pagi hari, untuk berbicara selama 10 menit.
Tapi... tentu saja banyak hal positif yang bisa diambil dari kegiatan ini. Siswa jadi lebih percaya diri dan punya persiapan lebih untuk "manggung" di muka umum. Para guru juga jadi tertantang untuk lebih banyak membaca. Eh, tapi memang tidak semua guru, sebagian kecil saja rupanya :p
Buat saya pribadi, dengan mendengarkan cerita siswa atas buku2 yang dibacanya, saya jadi punya pembanding. Selama ini daftar bacaan saya sekitar 15 judul per bulan. Datanya saya simpan di Goodreads. Boleh lah bersaing dengan para kutu buku junior di sekolah kami. Tapi kadang saya suka malu sendiri: kenapa bacaan saya di luar buku teks pelajaran kok kebanyakan novel ya, hehehe....
Sekali2 mau baca buku tentang fungsi otak ah... :)