Sebulan terakhir, meninggalkan ponsel di rumah kok jadi semacam kebiasaan. Sampai tiga kali lho, kan nyusahin. Apalagi kalau ternyata ketinggalan di Jakarta, repot sekali menjemputnya dari Parung, yang dalam keadaan normal saja butuh 2 jam waktu perjalanan. Alhamdulillah, masih "sekadar" ketinggalan, di rumah sendiri pula, bukan hilang seperti dua kali kejadian dalam setahun terakhir. Hiiii... sudah cukup deh! Jangan lagi...
Eh, pagi ini kejadian lagi. Mungkin karena terlalu banyak barang yang saya angkut ke sekolah hari ini, sementara si ponsel itu sebelumnya bertengger tenang di atas lemari sedang diisi ulang baterainya. Untung lagi, hanya tertinggal di kontrakan, 30 menit pulang-pergi naik angkot. Ya sudah, tadi lepas jam 8.30 saya ambil.
Ternyata ada pesan baru, "Terimakasihku atas oase dan pijaran ilmu yang memenuhi di setiap langkah keikhlasan. Selamat hari guru. Semoga menjadi guru kehidupan."
Mata saya mengerjap-ngerjap. Bukan kelilipan. Terharu.
Pesan itu dikirim oleh Mahbubi, salah seorang siswa SMART EI angkatan pertama yang sudah lulus dan kini melanjutkan studi di STAN. Sebuah pesan tulus yang membuat saya sedikit merinding (memang seharian ini Parung dingin banget, sih!). "Semoga menjadi guru kehidupan..."
Terimakasih muridku sayang. Kami tak putus berdoa supaya generasimu menjadi kelompok insan yang lebih baik daripada generasi kami.
No comments:
Post a Comment