Duuuh... saya mati gaya lagi ... :( Nggak boleh... nggak boleh. Harusnya nggak boleh mati gaya kalau sedang membagi ilmu, ya. Tapi memang kenyataan tidak selalu seindah harapan. Jadi mari kita siasati mati gaya itu dengan... mati tertembak, hehe...
Kamis ini saya tidak sempat seperti biasanya membuat undian "ustad cilik" mana yang akan membantu menyegarkan suasana belajar baik di kelas 2A maupun 2B. Waktu mengajar 2A tidak ada masalah, karena situasi juga masih cukup segar, yaitu dimulai sekitar pukul 10 pagi. Lalu datang giliran belajar bersama 2B, dua jam pelajaran terakhir hari ini.
Kaki2 saya sudah terasa lelah, maunya duduk manis tapi kan ga mungkin. Mana bisa begitu. Apalagi kami sedang menghabiskan latihan materi bab Ketenagakerjaan. Tapi beberapa siswa mulai pasrah terlena kantuk padahal masih ada waktu 15 menit sebelum bel tanda pelajaran terakhir usai dibunyikan. Saya mulai menyesali kecerobohan saya tidak membawa daftar undian "ustad icebreaker" siang ini, padahal ide saya sedang mentok untuk memikirkan pengalih kantuk yang bisa diterapkan.
Saya tawarkan posisi relawan icebreaker pada beberapa siswa yang duduk di depan dan kelihatan mengantuk. Dua orang menolak dengan alasan sama: "nggak ada ide, ustadzah". Lalu siswa ketiga, Ihsan, tadinya sudah bilang tidak bersedia juga, tapi kemudian mengangguk dan berdiri. Karena sudah ada ustad pengganti, maka tempat duduk Ihsan yang kosong langsung saya tempati. Hanya beberapa detik karena Ihsan kemudian langsung menyeru, "Ayo, ayo... Semua berdiri. Kita buat lingkaran"
Eaaa... baru juga duduk sebentar :p. Tapi sebagai murid pengganti yang patuh, saya pun ikut berdiri dan membuat lingkaran. "Ustad Ihsan" memimpin kami menghitung satu demi satu hingga lengkap 23 orang. Rupanya ini adalah permainan "dor!", di mana orang dengan nomor yang disebut harus jongkok dan membiarkan dua orang di kiri dan kanannya saling menembak hingga mati. Mungkin karena niatnya ingin cepat duduk, maka begitu permainan dimulai, sayalah korban pertama yang harus beristirahat dengan tenang, hehe...
Namun permainan terus berjalan dengan cepat. Tidak ada lagi siswa yang mengantuk karena semua harus berkonsentrasi agar tidak tertembak. Hingga akhirnya menyisakan dua penembak yang bertahan, Aprulloh dan Satrio.
Aprulloh dan Satrio, two last men standing. Eh enggak deh, ternyata Apung dengan cepat menembak Rio yang tidak siaga hingga jatuh... |
... dan Rio pun gugur kena tembak Apung. tapi masih bisa meninggalkan lapangan dengan senyum lebar dan kepala tegak. Dan semua yang tertembak lebih dahulu ikut tersenyum bahagia :) |
No comments:
Post a Comment