Saat itu pertengahan tahun 2004, awal tahun ajaran pemberlakukan Kurikulum 2004. Ada beberapa perubahan dalam struktur (dari TIU dan TIK menjadi SK dan KD), serta muatan isi yang berbeda dengan kurikulum pendidikan sebelumnya, yaitu kurikulum 1994. Misalnya tentang bab pertama, "Hakikat dan Ruang Lingkup Ilmu Sejarah". Siswa dikenalkan kembali dengan sejarah, mulai dari istilah dan pengertian. Setelah kenal, nanti bisa jadi sayang, kan :p
Ini materi baru! Tantangan dalam mencintai sejarah, adalah mengenal sejarah terlebih dulu. Beberapa sumber menyarankan untuk mengantarkan materi ini dengan mengajak siswa membuat pohon silsilah keluarga dan menggali kisah unik yang mereka dapat dari anggota keluarga yang ada dalam pohon tersebut. Saya menjalankan cara ini, dan mendapat banyak hal menarik ketika siswa mengumpulkan tugas pohon silsilah tersebut, sebagian dengan melampirkan foto kenangan mereka.
Di antaranya adalah tugas dari seorang siswa yang memiliki kakek yang gemar menamai putra2nya dengan nama tokoh dunia. Salah satu paman siswa ini, berasal dari suku Sunda, memiliki nama depan "Ho", karena sang kakek mengidolakan Ho Chi Minh yang merupakan Bapak Bangsa Vietnam :)
Sekarang sembilan tahun berlalu, buat saya, membuat pohon silsilah sudah tidak zamannya lagi. Saya ingin menggali hal yang baru, yang sepengetahuan saya, belum dijalankan oleh guru sejarah sebelumnya. Setidaknya oleh guru sejarah di SMART EI, ya :p.
Pada pertemuan pertama, saya minta para siswa berburu narasumber. Tiga puluh empat siswa berkeliling sekolah mencari 34 orang yang berpendidikan minimal SMA untuk memberikan definisi "sejarah". Terkumpullah 34 definisi tentang sejarah yang dibuat oleh kakak alumni, guru matematika, guru BK, staf administrasi, staf kebersihan, dan lain-lain. Kemudian di kelas, kami bersama menarik benang merah mengenai pengertian sejarah dengan menarik kata2 kunci berikut: "peristiwa", "masa lalu", "manusia", "pelajaran/hikmah".
Karena saya peggemar berat Timeline karya Michael Crichton, dalam pertemuan itu tak lupa saya tuliskan di papan tulis, pendapat Crichton tentang sejarah dalam bukunya itu:
"... if you didn't know history, you didn't know anything. You were a leaf that didn't know it was part of a tree.”
Nah, para siswa ini sudah tak asing dengan cerita Timeline, meskipun ingatan mereka tentu merujuk pada filmnya yang dibintangi antara oleh Paul Walker dan sudah saya putarkan untuk mereka semester lalu. Saya tunjuk beberapa siswa secara acak untuk membuat definisi mereka sendiri mengenai sejarah.
Dalam pertemuan berikutnya kami membahas kedudukan sejarah sebagai peristiwa, kisah, ilmu dan seni. Berbagai pengetahuan dan pengalaman kami jadikan sumber belajar. Saya putarkan juga dua film pendek mengenai Manfred von Richtofen, seorang pilot ace Jerman dalam Perang Dunia I. Satu film merupakan film dokumenter, satu lagi adalah trailer film "The Red Baron" produksi tahun 2008 mengenai jago tempur udara tersebut.
Setelah mereka paham, kami masuk pada kronologi dan periodisasi. Selembar kertas A4 saya bagikan kepada setiap siswa, ada judul yang sudah saya tulis di atasnya, "Chronology of My Life." Dalam kertas itu saya minta siswa menuliskan minimal sepuluh peristiwa yang paling berkesan dalam hidup mereka, dimulai sejak mereka lahir hingga hari itu, Jumat (30/8) yang lalu.
"Waduuh, nulis apa ni?" Satu dua siswa bersuara, lalu celingak-celinguk cari inspirasi. Namun karena yang lain sudah mulai menulis dengan bersemangat, akhirnya semua kepala tampak menekuni kertas di meja masing2, mengisinya dengan tanggal lahir masing2, berbagai peristiwa yang mengiringi, satu per satu, hingga banyak yang akhirnya lebih dari sepuluh peristiwa bersejarah mereka susun di lembar kertas itu, dan mereka kumpulkan di akhir jam pelajaran.
Yang unik adalah cara penulisan mereka atas peristiwa standar tersebut. Untuk menulis kelahiran, ada yang menuliskan "lahir" saja, ada yang "menghirup udara dunia pertama kalinya di rumah tercinta", "pertama kali membuka mata dan merasakan indahnya dunia", "mengeluarkan suara untuk pertama kalinya di koto tuo", "melihat betapa luasnya ruang lingkupku setelah sebelumnya berada di ruang yang tidak terlalu luas", hingga "menghilangkan kekhawatiran Abiku kepadaku dan Ummiku dengan lahirnya aku ke dunia yang fana dan menjadi anak ke-4." Sungguh kumpulan kisah kelahiran yang tidak membosankan :)
Ada lagi, penulisan kisah khitan mereka. Seorang siswa cukup menulis "Sunat. Sakit..". Ada yang dengan tambahan lain, "Disunat + dapat sepeda baru", juga ada yang menuliskannya dengan "melakukan sunah Rasul, yaitu sunat", atau "mengalami proses menuju kesempurnaan seorang muslim dengan bersunat", atau "saya mengalami bentuk baru (sunat) dan di rumah bagaikan raja, dilayani dan banyak uang". Haha... kocak ya?
Di luar kejadian standar yang dialami setiap remaja putra itu, ada beberapa peristiwa berkesan yang mereka tak mau mengulanginya. Ada yang pernah tertimpa buah durian, atau batu bata di kepala.
Beberapa siswa juga mengingat gempa bumi yang mereka alami di daerah mereka masing2, yaitu di Yogyakarta dan Sumatera Barat. Sebagian ada yang mengalami kerusakan rumah yang berat sehingga harus tinggal di tempat pengungsian hingga rumah mereka selesai direnovasi.
"2006 - Gempa Jogja yang menyeramkan. Malam gelap penuh petir, hujan, & listrik padam serta tidur di tenda karena rumah tak layak pakai lagi," cerita Ilyas dari Kabupaten Bantul.
"30 September 2009 - Ranah Minang menangis. Gempa bumi meluluhlantakkan Minangkabau. Setengah dari rumahku hancur," tulis Afdhal Firman dari Pariaman.
Tapi ada juga yang mejadikan banjir musiman yang dialami sebagai kisah kenangan yang menyenangkan. "Tahun 2004 - kampung saya kebanjiran besar banget. Tahun 2007 - kampung saya kembali mengalami banjir besar... Tahun 2010 - kampung saya kebanjiran lagi dan sekolah saya terendam air, karena sekolahnya di tebing sungai dan jalan ditutup maka dari itu sekolah diliburkan selama 2 minggu," kisah Azmy dari Bengkayang, diikuti dengan simbol Mr Smiley yang tersenyum lebar.
Buat saya sendiri, ada satu hal yang muncul tanpa disangka. Sebuah penugasan yang tadinya saya pikir biasa saja, rupanya oleh beberapa siswa menjadi hal yang tidak biasa, menjadi semacam refleksi atas kehidupan yang mereka jalani selama ini.
Banyak di antara siswa2 ini yang menjadikan tanggal pengerjaan tugas ini sebagai penutup kronologi kehidupan mereka. Sebagian besar menulis semacam ini: "30 Agustus 2013 - menulis hal2 di atas" atau "30 Agustus 2013 - menulis kronologi ini." Ada pula yang seperti ini: "30 Agustus 2013 - Belajar sejarah bersama Ustadzah Vera, materi kronologi."
Makin banyak yang saya baca, hati saya jadi meleleh. Seorang siswa menulis bahwa tanggal 30 Agustus 2013, ia "Mengingat kenangan masa laluku nan indah." Siswa lain mencatat, "menulis dan mengingat kembali masa lalu yang hampir terlupakan seperti di atas." Atau yang ini, "Menulis kronologiku dengan perasaan yang campuraduk." Setiap kali membaca sampai sini, perasaan saya pun ikut campur aduk. Mata berkaca2, dada terasa sesak. Sebenarnya perasaan ini sulit saya ungkap dengan kata2. Semacam senang, terkejut, juga merasa dipercaya dan dihargai. Dan terutama, rasa terimakasih.
Siswa2ku tersayang, terimakasih. Hari ini juga saya mencatat kebersamaan kita di kelas, sebagai refleksi bahwa masa lalu bisa saja berlalu, namun kenangannya akan selalu menyertai untuk membangun masa depan yang Insya Allah, jauh lebih baik.
*dan dada saya terasa sesak lagi...
No comments:
Post a Comment