Tuesday, February 19, 2013

Ke Museum Bank Indonesia Naik Kereta Listrik, Tut.. Tut.. Tut..

Siswa SMART EI belajar di luar kelas, itu sudah biasa. Belajar di luar sekolah pun sudah tak jarang. Biasanya ketika ada acara fieldtrip, di mana yang ikut belajar biasanya langsung seluruh siswa satu sekolah. Bisa juga ketika di satu kelas saja ada pelajaran2 yang temanya digabungkan pada hari tertentu sehingga kegiatan belajar hari itu dilakukan di luar sekolah.

Demikian pula yang kembali terjadi untuk pembelajaran IPS Terpadu untuk kelas 2 SMART EI kali ini. Materi Uang dan Lembaga Keuangan yang kemarin (18/2) dipraktikkan siswa dengan menjalankan simulasi petugas lembaga keuangan, kali ini disusul dengan pembelajaran di salah satu pusat informasinya, yaitu Museum Bank Indonesia di Jakarta Barat.

Pembelajaran keluar sekolah kali ini terasa istimewa, karena berbeda dari biasanya, kami tidak berangkat dengan diantar mobil sekolah atau mobil sewaan. Kami melakukan perjalanan jauh dari Bogor ke Jakarta Barat dengan menggunakan kendaraan umum, yaitu angkot dan KRL, alias Kereta Rel Listrik! Mengapa harus repot2 demikian, karena tadinya pembelajaran materi IPS ini dikolaborasikan dengan pelajaran Fisika mengenai listrik. Jadi ya memang sudah direncanakan bahwa selain mengunjungi Museum BI, kami juga akan mampir ke Stasiun Manggarai di Jakarta Selatan sebagai pusat pengatur persinyalan KRL Jabodetabek. Sayang hingga hari keberangkatan, belum ada jawaban dari Kepala Stasiun Manggarai mengenai surat permohonan izin kunjungan kami.

But the show must go on! Beberapa minggu sebelumnya rencana kunjungan ini sudah saya sosialisasikan kepada seluruh siswa. Selain untuk mempelajari sejarah penggunaan uang di nusantara langsung dari "sumber" sejarahnya, saya juga menekankan perlunya sesekali kita mengalami nuansa kehidupan anak2 sekolah lain, yang terkadang mengalami kesulitan untuk menggunakan angkutan umum pergi ke sekolah. Selain itu juga saya berusaha menumbuhkan empati para siswa dengan mengajak menggunakan KRL pada pagi hari, yaitu jam sibuk para penglaju dari arah Bogor menuju Jakarta untuk bekerja. Dengan segala aspek kemisteriusan perjalanan belajar kali ini (di antaranya: masih banyak siswa yang belum pernah merasakan perjalanan dengan kereta! :p), akhirnya kami siap bertualang ke Jakarta, Selasa, 19 Februari 2013 ini.

Sebelum berangkat saja, sudah banyak cerita. Sebelumnya saya sudah memesan agar siap berangkat pukul 5.30 WIB, semua siswa diharap sudah mandi dan sarapan sebelum solat subuh berjamaah di masjid. Dengan rencana ini, seusai solat subuh perjalanan bisa langsung dimulai saat jalan belum terlalu padat dan kami tidak terkena macet ke Stasiun Bogor. Ternyata rencana tinggal rencana. Walau semua siswa sudah siap mandi sebelum adzan subuh berkumandang, ternyata sarapan lebih pagi yang saya pesan malah dimasukkan ke dalam  kotak2 dan dibawa ke pos keamanan depan sekolah, bukan disajikan di meja makan. Alhasil, sarapan pun dilakukan di koridor depan sekolah setelah solat subuh. Kemudian... hujan yang sudah turun sebelum subuh juga belum berhenti. Beberapa guru pendamping (saya berangkat didampingi Ustad Asmat, Ustadzah Uci, Ustadzah Retno dan Ustadzah Rini yang menanti di Stasiun Bogor) terlambat datang, sehingga kami pun baru berangkat dengan kelompok2 9-10 orang lewat dari pukul 6 pagi.

Yak, ga usah ditanya. Pagi2 hujan, bechek, machet, banyak ojhek... (#eh) akhirnya kami sampai di Stasiun Bogor menjelang pukul 8 pagi. Kereta yang tentu saja penuh sesak pun berangkat, membawa kami dan seluruh siswa (yang sebagian besar akhirnya mengalami "naik kereta" itu) harus berdiri karena tidak kebagian bangku kosong.

Tidak apa2, hibur saya, nanti juga sebelum Stasiun Kota yang merupakan perhentian terakhir, sudah banyak penumpang turun.
Dari sini ke Stasiun Kota itu berapa lama? tanya mereka.
Itu, ada petanya, saya menunjuk bagian atas pintu. Kira2 satu setengah jam lah.
Yaaaah... seruan lemas mereka nyaris tak terdengar di gerbong yang penuh sesak itu.

Satu per satu stasiun terlewati, kami pun meninggalkan Jawa Barat memasuki wilayah Jakarta. Berlagak jadi pemandu wisata, saya menunjuk2 beberapa objek menarik pada beberapa siswa di dekat saya. Dari Stasiun Cikini ini relnya berada di atas jalan, ni... Ini Stasiun Gambir. Tuh Monas, kelihatan, ga? Di sana Masjid Istiqlal. Itu Pasar Mangga Dua tempat orang Jakarta belanja komputer... Norak, ya? Ga apa lah. Belum tentu bisa setahun sekali, hehe...

Akhirnya, kami sampai deh di Stasiun Kota. Saya arahkan para siswa untuk menyeberang lewat jalur bawah tanah, hingga sampai di Museum Bank Indonesia, di mana kami sudah ditunggu sejak pukul 9 pagi sesuai surat permohonan :)

Foto dulu di depan museum
Alhamdulillah, dalam jadwal kunjungan museum hari itu hanya ada rombongan kami yang berkunjung, jadi tidak bergabung dengan rombongan sekolah atau instansi lain. Setelah menitipkan tas, masing2 diberi tiket masuk museum (gratis, lho!) dan dipandu menyaksikan film singkat berdurasi 15 menit tentang sejarah dan peran Bank Indonesia serta repotnya mengurus keuangan Indonesia dari zaman ke zaman. Usai menonton film tersebut, pengelanaan di Museum BI ini dimulai.

Dalam salah satu ruangan museum yang menggambarkan kondisi sosial politik Indonesia

Mendengarkan penjelasan pemandu di ruang replika emas batangan

Membaca keterangan tentang emas batangan produksi Hindia Belanda yang sempat "jalan2" ke Australia semasa Perang Dunia II

Di ruang brankas tempat penyimpanan koleksi uang2 yang pernah beredar di Indonesia dan juga seluruh dunia

Selesai panduan dari petugas museum, para siswa memanfaatkan kartu memori pada kamera yang saya bawa untuk berfoto2. Cukup puas menjelajahi semua sudut dan bergaya di dekatnya, kami pun berjalan kembali ke Stasiun Jakarta Kota. Perjalanan kembali ke Bogor dengan KRL kami jalani. Alhamdulillah, penumpang KRL tengah hari tidak seramai pada jam berangkat atau pulang kerja. Cukup banyak tempat duduk tersedia, hingga kali ini banyak siswa bisa duduk dan tertidur melepas lelah. Saya senang sekali tatkala melihat di tengah perjalanan ada siswa SMART yang tadinya duduk, kemudian berdiri dan menawarkan tempat duduknya pada penumpang wanita atau orang tua. It's a real gentleman style!

Perjalanan naik kereta bersama2 ini, dengan segala pengalaman dan kelelahannya, ternyata jadi kenangan menyenangkan bagi banyak siswa. Minggu berikutnya, ustad Ari mendapat setoran tautan2 dari blog para siswa angkatan 8 ini mengenai laporan perjalanan yang mengasyikkan dengan naik KRL Jabodetabek, tut... tut... tut... :)

2 comments: