Monday, June 21, 2010

Brosur Wisata Negara ASEAN

Ingin liburan singkat dan berjalan-jalan ke negara jiran, tapi bosan ke Malaysia atau Singapura?

Solusinya ada di penawaran ini:
"Amerika sibuk dengan rutinitasnya. Afrika panas terbakar matahari. Asia Tenggara... ada surganya. Itu LAOS namanya... "

Lanjutkan membaca, dan Anda akan dapat informasi tentang "The Country in the Center of Land" ini. Informasi nan menggoda, membuat kita ingin segera ke sana...

Dari mana rangkaian kata-kata membujuk itu hadir? Tak lain dari brosur wisata yang dibuat oleh M. Sasa Jayeng Basundoro dan Panji Laksono, jadi bukan oleh Dinas Pariwisata Laos, ya. Bersama brosur-brosur wisata lain, semua itu adalah buah kreativitas siswa-siswa kelas SMP SMART EI, untuk materi Asia Tenggara yang sedang kami pelajari bersama.

Ada lagi brosur wisata Thailand buatan Abdullah Aslam Amir dan Ahmad Malik A. Aziz:


juga ini, brosur wisata Kamboja dari Aditya Perkasa dan Ariansyah:


Mau lihat yang lain? Main dong ke SMART EI.. Ditunggu ya! :)

Friday, June 18, 2010

Evaluasi Mengajar

Empat tahun lalu, di sekolah tempat saya mengajar di Jakarta.

Siswa2 kelas XA, yang waktu itu baru bertemu saya kembali di semester baru setelah liburan tahun baru, pelan2 mengusulkan pada saya: bersedia atau tidak dibuatkan evaluasi mengajar saya selama satu semester kemarin di mata mereka?

Saya bengong sebentar. Wah, biasanya evaluasi mengajar seorang guru itu dijalankan oleh pimpinan sekolah. Malah seringnya kita tidak diberitahu hasil penilaian mereka (yang bisa jadi objektivitasnya tidak terukur :p). Jadi, sekarang, kenapa tidak? Ini usulan dari siswa, untuk pertama kalinya datang pada saya. Otomatis saya bilang: oke, ayo! Dan sekelas langsung berseru girang dan menyiapkan kertas dan alat tulis masing2. Saya bengong lagi (kebayang ga kalo di kelas ada guru yang hobi bengong kayak saya? :p). Ada apa ini? Kok heboh amat?

Seorang siswa yang duduk di depan, nyengir lebar. "Tadi kami usulkan pada Miss X, eh, dia bilang begini ... 'Jangan kurang ajar, ya...', sambil melotot," katanya menyebut nama salah satu rekan mengajar saya. 

Saya ikut nyengir. Biarlah, sekali2. Toh saya ingin tahu, sekeren apa sih cara mengajar saya selama ini, hehe... Lalu sang ketua kelas mengumpulkan kertas2 kecil yang ditulis anonim itu, menyerahkan kepada saya, masih sambil nyengir. Bahkan saya didorong untuk mau membacakan masukan2 itu langsung saat itu juga.

Ehm... ehm... mendebarkan nih. Lipatan kertas pertama saya buka: "Miss Vera kalo ngomong terlalu cepat". Hiyaaaa... kena nih! Iya... iya... oke... guilty as charged. "Maaf, ga saya ulang. Tolong ingatkan ya kalau saya bicara terlalu cepat lagi...". Seisi kelas mengangguk-angguk. "Tapi...," saya memotong senyum mereka. "Kalian juga harus sadar kalau pelajaran kita hanya satu jam pelajaran seminggu. Artinya, kamu harus mau belajar sendiri lebih rajin ya?"
"Huu..." balas para evaluator muda tersebut saat saya balik senyum lebar.

Giliran kertas kedua: "Banyakin nonton". Hah! Penyakit anak muda, rupanya. Maunya ... Mending kalau mereka pasrah pada film2 yang berhubungan dengan pelajaran. Lhaaa, ini minta nonton Dealova, apaan, coba? Pokoknya usul ini saya tolak dengan semena-mena. "Sori, lagi2 karena jam pelajaran kita sangat terbatas, maka kelas X cuma dapat jatah nonton film Discovery Channel bagian kebudayaan Mesir Kuno," kata saya semena-mena. "Nanti kalau di kelas XI ada yang masuk jurusan IPS, jangan takut... kita bakal nonton film2 keren tentang sejarah dunia!"

"Huuu..." koor itu berkumandang lagi.

(bersambung, ah) :p

Tuesday, June 8, 2010

Sejarah yang Berubah :)

Pada bulan April lalu, kelas kami memasuki materi kehidupan di Indonesia masa Orde Lama.
Standar Kompetensi: Memahami usaha mempertahankan NKRI
Kompetensi Dasar: Mendeskripsikan peristiwa tragedi nasional (Peristiwa Madiun; DI/TII; G30S/PKI, dan konflik-konflik internal lainnya)
Indikator:
  • Menjelaskan dampak persoalan hubungan pusat-daerah, persaingan ideologis, dan pergolakan sosial politik lainnya terhadap kehidupan politik nasional dan daerah sampai tahun 1960-an.
  • Mendeskripsikan terjadinya peristiwa DI/TII dan cara yang dilakukan pemerintah dalam penanggulangannya.
  • Mengidentifikasi keadaan politik, ekonomi, sosial dan budaya di Indonesia sebelum terjadinya G 30 S
  • Mendeskripsikan terjadinya peristiwa G 30 S dan cara penumpasannya.
Untuk materi ini, dua tahun sebelum ini, kami membuat proyek drama untuk memvisualisasikan kehidupan sosial politik di masa Orde Lama. Sebelumnya saya putarkan film "Gie" buat mereka, untuk mengetahui setting jadul masa tersebut. Drama yang kemudian dipentaskan para siswa kemudian direkam, lalu diedit dan dipertontonkan kembali, eh, maksudnya dipakai buat senyum2 bersama, hehe... Dari berbagai fragmen kehidupan di masa Orde Lama, entah kenapa, para siswa lebih tertarik memvisualisasikan peristiwa Gerakan 30 September 1965. Mungkin karena mereka bisa main tembak2an, dan lebih mudah memerankan tokoh2 signifikan yang sudah cukup dikenal.

Nah, tahun ini kami mengubah strategi belajar. Pada para siswa saya putarkan film "Timeline", yang dasarnya adalah novel Michael Crichton. Di buku ini ada kutipan yang keren banget: kalau kamu tidak tahu sejarah, maka kamu sama seperti sehelai daun yang tidak tahu bahwa ia adalah bagian dari sebatang pohon. Filmnya sendiri -yang jelas2 kalah keren dibanding novelnya!- tetap menarik untuk membawa khayalan "mengubah sejarah". 

Jadi, setiap kelas saya bagi menjadi dua kelompok. Setiap kelompok harus memiliki "ahli" dalam tiap fragmen sejarah Orde Baru, dan menceritakannya pada teman2 kelompoknya. Masing2 kelompok kemudian mendiskusikan fragmen apa yang mereka akan ubah, dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi Indonesia saat ini. Setelah keputusan diskusi diambil, mereka diminta menggambarkannya sebagai produk.

Walhasil... inilah hasilnya:







Tuh kaaan
... cerita 
seputar G30S masih jadi favorit... :p




Simulasi Sidang Dewan Keamanan PBB di Bogor

Kisah penyerangan tentara Israel atas kapal pengangkut bantuan Mavi Marmara ke Gaza, Palestina, pada akhir bulan Mei 2010 lalu, menjadi pembicaraan dunia. Tidak terkecuali di sekolah kami, SMART Ekselensia Indonesia. Beberapa ustadz dan siswa kelas 4 dan 5, ikut dalam aksi mengutuk kebiadaban Israel yang menewaskan empat orang sukarelawan asal Turki tersebut, di Jakarta pekan lalu.

Kami juga membahas insiden internasional tersebut di dalam kelas. Bertepatan sekali dengan pembahasan materi IPS Terpadu kelas IX mengenai Organisasi Kerjasama Internasional, maka kami mengadakan Sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa. Tanpa terlalu banyak aturan protokoler yang mengganggu, kami undang 15 negara anggota tetap DK PBB saat ini, plus negara-negara terkait, baik sebagai penyerang, sukarelawan maupun korban, untuk bersidang di tempat kami, SMP SMART EI di Parung, Bogor, Jawa Barat! Kapan sidang itu? Hari ini, 8 Juni 2010, pagi hingga siang!

Kebayang, kan, ramainya Jalan Raya Parung-Bogor siang ini? Hehehe... Memang sidang yang kami adakan hanya simulasi, namun persiapannya tidak kalah matang. Selain mencermati pemberitaan media massa semingguan terakhir, para utusan negara-negara dari angkatan 5 SMART EI ini juga bertanya pada ustadz/ustadzah lain mengenai posisi negara yang mereka wakili. Kemarin, sementara Ustadzah Vera sibuk mengisi form izin penggunaan aula, delegasi negara-negara ini sibuk pula di kamar hotel masing-masing untuk mempersiapkan identitas diri yang akan mereka gunakan dalam sidang tersebut.

Nah, kolase foto ini adalah gambaran seriusnya para calon diplomat muda ini mengadu lidah mempertahankan pendapat mereka. Kalau foto lain yang lebih seru, kapan2 saya kasih link-nya :)