Thursday, November 27, 2014

Daftar Mitra Daerah SNB SMART EI 2015/2016 (Wilayah Pulau Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua)



Lokakarya penulisan cerita fantasi di SMART EI, Oktober 2012

Berikut ini adalah daftar alamat dan nomor kontak mitra daerah Seleksi Nasional Beasiswa SMART Ekselensia Indonesia di wilayah Pulau Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Kepulauan Maluku dan Papua untuk tahun ajaran 2015/2016.

Panitia Seleksi Sulawesi Selatan dan sekitarnya
Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan
JL. Abd. Daeng Sirua No. 170A Makassar 90231 Telp/. 0411-459068
Kontak: Moh Husaeni (081805261556)

Panitia Seleksi Sulawesi Tenggara dan sekitarnya
Yayasan Bina Dhuafa Sulawesi Tenggara
Perumahan BTN Kendari Permai Blok L1 No.18 Kelurahan Padaleu
Kontak: La Malesi (081381648445)

Panitia Seleksi Sulawesi Tengah dan sekitarnya
BKPRMI Kab Banggai
Jl P. Komodo No 39 Kel. Jole, Kec Luwuk Selatan, Kab Banggai Sulawesi Tengah
Kontak: Hidayat Monoarfa (085824143758), Ardi Umar (081342108949)

Panitia Seleksi Bali dan sekitarnya
LAZ Dompet Sosial Madani (DSM) Bali
Jln. Gunung Talang 1/59 Denpasar
Kontak: Hamim (0361-7445221, 081337239386)

Panitia Seleksi Nusa Tenggara Barat dan sekitarnya
Dompet Amal Sejahtera Ibnu Abbas
Jl. Bung Karno No.88XX Pagutan Timur, Kota Mataram, NTB
Kontak: Hindra Yuliarta (081237598880 dan 081915980157)

Panitia Seleksi Nusa Tenggara Timur dan sekitarnya
Yayasan Ibadur Rahman
Jl. Keuangan Negara No.32 Kupang, Nusa Tenggara Timur
Kontak: Solakhudin Noor Falah (085239062580, 0380-8025541)

Panitia Seleksi Maluku dan sekitarnya
Yayasan Gator
Jl. Ayudes No.34 STAIN Rt.01/17
Desa Batu Merah Kota Ambon, Maluku
Kontak: Amrul Asit (0813 4300 2036)

Panitia Seleksi Maluku Utara dan Sekitarnya
Fakultas Pertanian Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Maluku Utara
Jl. K.H.A. Dahlan No 100 Kelurahan Sasa - Kota Ternate Selatan
Kontak: Ibnu Laitupa (085340733573)

Panitia Seleksi Papua Barat dan sekitarnya
SMK Modellink SP.3 MAKBUSUN
Distrik Mayamuk Kab. Sorong Papua Barat
Kontak: Tumiran (081248081495)

Panitia Seleksi Papua dan sekitarnya
Yayasan Persaudaraan Papua (YAPIPA)
Jln Bintan No 26 Dok V Atas, Jayapura
Kontak: Achmad Yunaidi (0813445840800

Daftar Mitra Daerah SNB SMART EI 2015/2016 (Wilayah Pulau Sumatera dan Kalimantan)

Kunjungan siswa SMART EI ke @america, Jakarta, Juni 2013


Berikut ini adalah daftar alamat dan nomor kontak mitra daerah Seleksi Nasional Beasiswa SMART Ekselensia Indonesia di wilayah Pulau Sumatera dan Kalimantan untuk tahun ajaran 2015/2016.

Panitia Seleksi Sumatera Utara dan sekitarnya
Yayasan Dompet Dhuafa Waspada
Jl. Setia Budi No. 115 Medan Sunggal, Sumatera Utara 20122
Kontak: Melis (081375988292), Hambali (081361719296), Imah (085763058026)

Panitia Seleksi Sumatera Barat dan sekitarnya
Dompet Dhuafa Singgalang
Jl. Juanda No.31 C Pasar Pagi, Kota Padang Sumatera Barat
Kontak: Karsini (0751-40098, 081366329431)

Panitia Seleksi Sumatera Selatan dan sekitarnya
Dompet Dhuafa Sumatera Selatan
Jl. Angkatan 66 No 435C, Sekip Ujung, Palembang, Sumatera Selatan
Kontak: 0711814234, Yuliani (0812 7888 3448)

Panitia Seleksi Bangka Belitung dan sekitarnya
SMK Muhammadiyah
Jln. Kartini (Belakang Masjid Baitul Hikmah), Muntok, Bangka Barat
Kontak: Sarbudiono (0852 7313 2073)

Panitia Seleksi Riau dan sekitarnya
SMPIT Madani LAZ Swadaya Ummah (Kampus Madani School)
Jl. Bangau Sakti Gg. Pipit, Pekan Baru Riau
Kontak: Heri Budiyono 0852 7111 5148, 085365511487

Panitia Seleksi Kepulauan Riau dan sekitarnya
1. DSNI Amanah
Kompleks Masjid Nurul Islam, Muka Kuning, Batam 29433
Kontak: Ari 081372141459, 085763001230
2. Komplek Masjid Nurul Iman Lobam, Kawasan Industri Lobam, Bintan 29152
Kontak: Indra Widianto (081372624404)

Panitia Seleksi Jambi dan sekitarnya
Rumah Sosial Insan Madani
Jl. Sukarno Hatta 42 Kel. Pasir Putih, Kota Jambi 36138
Kontak: Puji Lestari (085764131316)

Panitia Seleksi Bengkulu dan sekitarnya
Lembaga Pendidikan Pelatihan Pemuda "Youth Peace Pioner Generation" (LP3YPPG) 
Desa Suka Menanti Kec. Maje Kab. Kaur, Bengkulu
Kontak : Amelia (081373477479)

Panitia Seleksi Lampung dan sekitarnya
LAZ Lampung Peduli
Jl. S. Parman No.19 Tanjung Karang, Bandar Lampung
Kontak: Umar (0721-267582, 085768344115) Rini (085768340124)

Panitia Seleksi Kalimantan Barat dan sekitarnya
Dompet Ummat Kalimantan Barat
Jl. Karimata No. 2A Kec. Pontianak, Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78116
Kontak: Syahrul (0813 4594 0334)

Panitia Seleksi Kalimantan Selatan dan sekitarnya
Radar Banjar Peduli
Ged. Biru Harian Radar Banjar Lt.1, Jl. Ahmad Yani Km.26,9
Landasan Ulin Banjar Baru,Kalimantan Selatan
Kontak: Nur Hayah (085249354147)

Panitia Seleksi Kalimantan Timur dan sekitarnya
Dompet Dhuafa Unit Layanan Samarinda
Jln. Camar No. 89 Kel. Bandara Kec. Sungai Pinang, Samarinda Kalimantan Timur 75117
Kontak: Fita Berliana (081904224428)

Daftar Mitra Daerah SNB SMART EI 2015/2016 (Wilayah Pulau Jawa)

Kegiatan belajar lapangan SMART EI di Taman Nasional Cibodas, 2012

Berikut ini adalah daftar alamat dan nomor kontak mitra daerah Seleksi Nasional Beasiswa SMART Ekselensia Indonesia di wilayah Pulau Jawa untuk tahun ajaran 2015/2016

Panitia Seleksi DKI Jakarta, Bekasi, Bogor, Depok, Tangerang
Bumi Pengembangan Insani
Jalan Raya Parung-Bogor KM 42,
Desa Jampang Kec. Kemang, Kab. Bogor, Jawa Barat 16310
Kontak: Wildan (085719139693)

Panitia Seleksi Jawa Barat dan sekitarnya
Dompet Dhuafa Bandung
Jl. Pasir Kaliki No. 143 Lantai 2, Bandung, Jawa Barat 40171
Kontak: Nenon Nur Wulan (022-603 2281, 08122336952)

Panitia Seleksi Banten dan sekitarnya
Dompet Dhuafa Banten
Jl. Raya Cilegon No.7A Rt.01/06 Kp. Kepandean
Kel. Kagungan, Kec. Serang Kota Serang Banten
Kontak: Mokhlas Pidono (085782373800)

Panitia Seleksi Jawa Tengah dan sekitarnya
1. Asrama ETOS Semarang
Jl. Banjarsari Gang Iwenisari No.18, Semarang, Jawa Tengah
Kontak: Intan Liana (085740248021)
2. Dompet Dhuafa Jawa Tengah
Jl Abdulrahman Saleh Blok D No 199, Semarang, Jawa Tengah
Kontak: Ainu Rofik (08112734615)

Panitia Seleksi Yogyakarta dan sekitarnya
Dompet Dhuafa Yogyakarta
Jl Kyai Mojo No 97, Yogyakarta
Kontak: Zakia Sekar (085879810976)

Panitia Seleksi Jawa Timur dan sekitarnya
1. Dompet Dhuafa Jatim
Ruko RMI Blok B-32, Jln. Bratang Binangun, Surabaya
Kontak: Nora (085732854065)
2. Jln. A. Yani No. 150 Sumbermanjing Kulon, Kec. Pagak Kab. Malang, Jawa Timur
Kontak: Sujarum (085815527172)

Dibuka Kembali: Pendaftaran Beasiswa SMART Ekselensia Indonesia 2015/2016


SMART Ekselensia Indonesia merupakan sekolah bebas biaya, unggulan, berasrama dan akselerasi pertama di Indonesia. Berlokasi di Jalan Raya Parung - Bogor KM 42, Bogor, Jawa Barat, sekolah ini berada di bawah Yayasan Pendidikan Dompet Dhuafa, berupa sekolah menengah tingkat SMP dan SMA khusus bagi siswa laki-laki lulusan sekolah dasar yang memiliki potensi intelektual tinggi namun memiliki keterbatasan finansial.
Pendaftaran calon siswa baru angkatan 12 SMART Ekselensia Indonesia tahun ajaran 2015/2016 telah dibuka per tanggal 24 November 2014 hingga 24 Januari 2015.
Persyaratan Umum

  • Berasal dari keluarga dhuafa (sesuai kriteria Dompet Dhuafa)
  • Laki-laki
  • Lulus/tamat SD atau sederajat, usia maksimal 14 tahun pada 31 Juli 2015
  • Memperoleh izin dari orang tua/wali
  • Memiliki prestasi akademik, dengan kriteria :
  • rata-rata nilai rapor kelas IV-V minimal 7,0
  • tidak ada nilai 5 di dalam rapor
  • Bersedia mengikuti seluruh tahapan seleksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
  • Berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular
  • Tidak memiliki anggota keluarga yang sedang atau pernah mendapatkan beasiswa Dompet Dhuafa
Persyaratan Khusus
  • Mengisi formulir pendaftaran calon peserta seleksi nasional beasiswa SMART yang telah disediakan panitia
  • Melampirkan fotokopi rapor kelas IV hingga V yang telah dilegalisasi oleh pihak sekolah asal.
  • Melampirkan fotokopi ijasah/STTB/STK (bila belum ada dapat menyusul).
  • Melampirkan fotokopi piagam penghargaan/sertifikat (bila ada)
  • Melampirkan surat keterangan gaji atau penghasilan orang tua/wali atau anggota keluarga yang ikut menopang pendapatan keluarga. Surat ini juga dapat berasal dari pengurus RT/RW/kelurahan/desa dan atau pengurus masjid setempat.
  • Melampirkan surat pernyataan izin dari orang tua/wali untuk bersekolah di SMART Ekselensia sampai selesai
  • Melampirkan fotokopi rekening listrik 2 bulan terakhir (bila ada)
  • Melampirkan fotokopi kartu keluarga.
  • Pas Foto Calon Peserta ukuran 4 X 6 sebanyak 2 lembar.


Download FORMULIR PENDAFTARAN SISWA BARU SMART EKSELENSIA INDONESIA 2015/2016 - Buka disini

Sunday, November 16, 2014

Liputan Aktual dari Desa Jampang (Bagian 2)

Inilah lanjutan kisah para siswa SMP SMART Ekselensia Indonesia dalam pembelajaran IPS Terpadu dari ustadzah Vera, yaitu melakukan peliputan kondisi alam, sosial dan ekonomi Desa Jampang pada bulan Oktober lalu. Setelah melakukan diskusi, tiap kelompok kembali membagi tugas untuk melakukan dua hal seru lainnya dalam materi ini.

Liputan Lapangan
Karena sekolah kami baru mengadakan #OHARA2014, maka tugas peliputan lapangan ini dijalankan oleh kelas 2B pada hari Senin (27/10).

Setiap kelompok kemudian membelah diri menjadi dua bagian, bagai amuba. Satu bagian diutus menyeberang Jalan Raya Parung-Bogor untuk menyelidiki kondisi sosial di kawasan Pintu Air dan sekitarnya. Satu bagian lagi menelusuri jejak belakang sungai di belakang sekolah dan kondisi ekonomi masyarakat di tepiannya.

Belahan amuba pertama menyeberang jalan beramai-ramai

Seperti agak berbahaya ya kalau ikut rombongan di atas, hehe... Namun sebelumnya di kelas sudah saya pesankan agar berhati2 di luar sana, jadi saya percaya mereka bisa saling mengingatkan. Setelah melihat mereka semua diseberangkan dengan selamat oleh ustad Sayifudin, saya berbalik, mengikuti belahan amuba kedua yang sudah turun ke sungai belakang sekolah. 

Entah sungai ini apa namanya, sering dibilang "kali" begitu saja deh. Kali Jampang. Di sini, di atas jembatan penghubung perwakilan empat kelompok mengamati kondisi kali: kelancaran aliran air, tumbuh2an di tepiannya, serta kebersihannya.


Selesai mengamati dan mencatat kondisi di tepian kali, para siswa beranjak. Sasaran liputan berikutnya adalah warga desa, untuk ditanya mengenai mata pencarian dan kondisi ekonomi masyarakat Desa Jampang ini.



Membuat Buletin Mini
Semua hasil liputan dari tiap kelompok ini saya mintakan laporannya berupa buletin mini yang harus mereka desain dan sunting sendiri hingga siap cetak. Minggu berikutnya, giliran lab komputer yang jadi sasaran kunjungan. Kali ini, para jurnalis muda ini beralih profesi menjadi penulis dan penata letak buletin mini kelompok masing2. Apakah saya memberikan materi penyuntingan ini juga? Tidak di kelas IPS tentunya. Saya cukup keluarkan contoh buletin tugas angkatan sebelumnya bertema praktik menjadi undagi abad 21.

Sebagian dari siswa2 ini cukup diberi arahan program yang bisa mereka gunakan pada komputer dengan sistem operasi Linux di labkom kami. Tidak ada aplikasi macam PageMaker atau Microsoft Publisher seperti yang biasa dipakai di sekolah lain, jadi anggota2 kelompok ini bekerjasama menyunting buletin mini empat halaman mereka.

Nama2 yang dipilih sebagai judul buletin saya bebaskan kepada tiap kelompok. Saya hanya minta di halaman depan ada foto bersama anggota kelompok, di samping nama2 mereka. Foto bareng kelompok ini pun sudah disiapkan saat kunjungan belajar di Museum Nasional tanggal 5 November lalu.


Voila...! Inilah dia! Hasil liputan dan suntingan aktual asli mengenai kondisi alam, sosial, dan ekonomi masyarakat Desa Jampang, Kecamatan, Kemang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat pada Oktober-November 2014. Bisa jadi dalam 15-20 tahun mendatang akan ada pewarta pemenang Anugerah Adinegoro atau bahkan Pulitzer, yang berasal dari kru Antara Kita, Multimedia Pos, Jumpunk Style, maupun Jampang Poenya seperti yang terpampang di bawah ini. 



Semoga nanti mereka masih ingat pengalaman pertama kali menjalani jurnalisme investigatif yang seru di Desa Jampang tercinta :)

Monday, November 10, 2014

Belajar Lapangan, di Dalam Ruangan

Sebuah pesan pendek muncul di layar ponsel saya. Dari ustad Firman, guru Bahasa Indonesia di SMART Ekselensia Indonesia. Beliau menanyakan, berapa orang siswa SMART EI yang pernah saya ajak berkunjung ke Museum Nasional di Jakarta. Saya jawab, hanya ada lima orang, pada bulan Juni 2014 yang lalu. Mereka adalah siswa angkatan 9 yang pada bulan Maret 2014 lalu tidak bisa ikut menjelajah ke kawasan Kota Tua Jakarta. Mustinya ada tujuh, tapi dua orang lagi2 batal ikut dengan alasan masing2.

Pertanyaan ustad Firman rupanya berhubungan dengan kegiatan belajar di lapangan tahunan SMART EI untuk tahun 2014, alias fieldtrip. Tahun ini beliau adalah penanggungjawab kegiatan ini. Setelah dua tahun sebelumnya fieldtrip dijalankan di alam bebas, tahun ini kami belajar lapangan, tapi di dalam ruangan :p.

Dua lokasi menjadi tujuan belajar kelas 1-5 kali ini. Ternyata hanya sedikit sekali siswa (dan guru juga) yang sudah pernah mengunjungi Museum Nasional. Jadi diputuskanlah museum megah ini sebagai salah satu lokasi belajar, pada hari Rabu, 5 November 2014 lalu.

Empat bus besar pun berangkat sejak pagi dari kampus kami di Parung menuju Museum Nasional di kawasan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat. Mumpung juga pelajaran Sejarah Indonesia yang saya ampu untuk kelas X sedang membahas materi Kerajaan Hindu-Budha yang pernah berdiri di Nusantara, sekalian deh saya buat lembar kerja bagi para siswa kelas ini, yang harus diisi dengan melampirkan foto mereka bersama peninggalan sejarah kerajaan yang mereka pilih. Sambil mengisi LKS, sekalian foto bareng prasasti :)


Lokasi kunjungan belajar yang kedua adalah pameran buku, International Indonesia Book Fair, di Istora Senayan. Supaya para siswa bisa memanfaatkan kunjungan ini, maka ada modal berupa uang saku yang diberikan pada mereka agar bisa membeli buku yang bermanfaat bagi mereka.

Yani dkk pasang mata mencari buku incaran...
... dan Vikram berfoto bareng (foto) Presiden Joko Widodo :)

Friday, October 31, 2014

Liputan Aktual dari Desa Jampang (Bagian 1)

Sekolah kami, SMART Ekselensia Indonesia tidak termasuk sekolah yang menjadi percontohan dan harus menerapkan Kurikulum 2013 ini sejak tahun ajaran lalu. Namun mendadak ada ketentuan Mendikbud mengenai kewajiban pelaksanaan kurikulum ini bagi pembelajaran di semua sekolah tingkat dasar dan menengah pada tahun ajaran ini. Menjelang akhir tahun ajaran lalu pun beberapa guru mewakili berbagai mata pelajaran dikirim mengikuti pelatihan tingkat SMP dan SMA. Iya, saya jadi ikut dua kali, hehe...

Saat dijalani, penerapan kurikulum 2013 ini punya segi seru dan nggak seru. Mulai dari yang nggak seru dulu ya, karena ini paling banyak dibicarakan sejak kira2 dua tahun lalu. Banyak guru dan sekolah yang gundah mengenai aplikasi kurikulum ini karena kurangnya sosialisasi dan penanaman pemahaman; ketidaktersediaan bahan ajar; dan terutama karena banyaknya formulir administrasi pengajaran dan penilaian yang bertumpuk untuk diisi setiap kali mengajar.

Nah, sekarang hal yang serunya ya, tentunya subjektif banget menurut saya. Ini terutama pada hal bahan ajar yang secara struktur berbeda dengan kurikulum 2006 sebelumnya. Karena tahun ajaran ini jam mengajar saya lebih banyak di kelas Sejarah SMA dengan adanya mata pelajaran wajib Sejarah Indonesia di samping mapel sejarah untuk kelas2 IPS, maka pengajaran IPS Terpadu SMP tahun ini untuk kelas 2 saya bermitra dengan ustadzah Vivi. Kami pun sepakat mengenai pengadaan bahan ajar yang akan lebih banyak ditemukan sendiri oleh para siswa, hehe...

Bulan Oktober ini di kelas 8 ada materi mengenai keterkaitan aspek2 lingkungan dengan ekonomi sosial masyarakat. Buku teks kiriman dari Kemendikbud yang kami pegang lebih banyak menyebutkan indikator2, sementara data nyata tentang keterkaitan tersebut harus digali sendiri oleh siswa.

Saya telah membagi siswa kelas 2B menjadi empat kelompok. Masing2 akan bertanggungjawab untuk menggali aspek lingkungan hidup, kehidupan ekonomi, serta kondisi sosial masyarakat di sekitar Desa Jampang, lokasi sekolah kami. Bagaimana menggalinya? Ahaaa... ini bagian serunya!

Wawancara Sumber
Sebagian siswa kelas 2 semester ini sudah aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler jurnalistik bersama klub jurnalistik SDetik. Sedikit banyak sudah ada yang paham bagaimana  mengenali berita dan menggali sumber2 berita, misalnya mencari data dan mewawancarai sumber yang relevan. Pokoknya kegiatan jurnalistik dasar. Untuk tugas ini, saya persilakan setiap kelompok menentukan sendiri sumber yang akan mereka gunakan. Pada waktu pembelajaran yang ditentukan, maka berhamburanlah para siswa ini ke luar kelas dan mencari sumber2 mereka.

Ray dan Gilang mengumpulkan data dari ustad Irsan
Ustadzah Nika diwawancarai Rosyid dan Hafiz 
Hizba dan Rizky mewawancarai Mas Dian
Verifikasi dan Diskusi
Selesai menjalankan pencarian data dan wawancara, semua siswa kembali ke kelas. Tiap kelompok pun berkumpul dan mendiskusikan hasil yang mereka peroleh. Diskusi ini penting karena merupakan bagian perencanaan kunjungan lapangan untuk mencocokkan data pada kegiatan belajar berikutnya.



Persiapan semua kelompok nampaknya sudah siap saat saya inspeksi satu per satu. Kegiatan berikutnya tidak kalah seru. Tunggu di bagian kedua liputan, ya!

Sunday, October 26, 2014

Persembahan bagi Pahlawan Musik Indonesia (Bagian 2)

Kisah ini berhubungan dengan kegiatan belajar Sejarah di kelas 5 IPS SMA SMART Ekselensia Indonesia yang di antaranya diisi dengan menyanyikan lagu karya maestro musik Indonesia, Ismail Marzuki dan Gesang.

Jam pelajaran Sejarah di kelas 5 IPS diberikan sebanyak 4 jam seminggu, sementara di kelas 5 IPA hanya 1 jam seminggu. Biasanya di kelas IPA kami lebih sering mengulang materi pelajaran Sejarah SMA dari kelas 3, sebagai persiapan ujian sekolah di akhir tahun ajaran. Kami sama2 membahas soal2 yang banyak terlupakan karena saat mereka kelas 4 tidak ada jam pelajaran Sejarah. Kadang saya putarkan juga video pendek yang berhubungan dengan materi yang dibahas, namun secara garis besar, kelas ini tetap bersemangat menjalani pembelajaran yang santai ini.

Bulan lalu, kegiatan pembelajaran kelas bernyanyi yang saya jalankan di kelas tetangga, tak luput dari pengetahuan siswa kelas 5 IPA. Ada dari mereka bertanya, kok kelas ini tidak bernyanyi juga di jam pelajaran Sejarah? Saat itu saya jawab, kelas sebelah punya jam belajar lebih banyak, di sini kan kita mengulang materi dalam waktu terbatas. Itu saja, sudah. Mereka cukup puas dan tidak bertanya lebih lanjut.

Beberapa musim berganti... Bukan. Hanya beberapa minggu berselang, sebenarnya.

Sekolah kami punya kegiatan tahunan yang cukup besar dan melibatkan seluruh komponen sekolah, yaitu Olimpiade Humaniora Nusantara (#OHARA2014). Tahun ini diadakan pada 21-22 Oktober 2014, dengan komando dipegang oleh Ustad Eko guru olahraga. Makin mendekatnya penyelenggaraan acara ini, saya terpikir untuk ikut mengisi panggung. Bukan, bukan saya yang akan bernyanyi atau menampilkan sulap, melainkan para siswa dari kelas Sejarah.

Acara dengan peserta para siswa dan guru dari berbagai sekolah ini, dalam pikiran saya, sangat strategis untuk mengenalkan kembali karya2 dari musisi terkemuka di masa perjuangan kemerdekaan dulu. Gambaran ketidaktahuan para siswa SMART EI tentang siapa itu Ismail Marzuki atau Gesang atau seniman lain dan karya2 mereka, siapa tahu juga terdapat di sekolah lain. Maka saya pun berhasrat agar di panggung #OHARA2014 nanti terselip pula penampilan siswa SMART EI membawakan lagu2 sarat pesan dan sejarah yang sudah lama tak didengar masyarakat ini.

Ustadzah Dini teman seruangan saya merupakan penanggungjawab panggung acara #OHARA2014. Beliau setuju memasukkan penampilan lagu di masa perjuangan itu di panggung. Berikutnya adalah menentukan sang penampil. Baru saja saya sampaikan ide ini pada suatu hari Senin di depan kelas IPS (yang sebenarnya punya siswa bersuara emas), sambutan meriah langsung saya dapatkan secara tidak serentak: "Enggak mauuuu... Ogaaaaah.... Maluuuuu..." dan sebagainya. Dibujuk2 pakai permen atau balon tidak mempan; dikitik2 pakai bulu ayam, saya yang ogah, hehe...

Huh. Ya sudah. Saya menanti keesokan harinya, Selasa pagi, saat siswa2 kelas IPA memasuki kelas. Di sini ide bersambut baik, apalagi kelas ini punya grup band akustik (dengan manajer ustadzah Vera :p) yang sering tampil di aneka lomba di luar sekolah. Nama band ini PassFour, dengan empat anggotanya adalah Fadhli, Dian, Karunia dan Robby. Keempat lagu saya sodorkan, mereka segera berlatih.

PassFour berlatih di kelas Sejarah

Gladi kotor di aula

Alhamdulillah. Persiapan cukup. Tinggal tunggu hari H.

Karunia, Fadhli, Dian dan Robby, menyamakan nada sebelum naik panggung

PassFour diajak foto bareng oleh Abang Jampang :)


Hari H, #OHARA2014 tiba. Penampilan PassFour (yang di hari pertama dibantu narasi oleh Fajar), cukup menarik perhatian, terutama karena lagu jadul yang mereka bawakan jarang didengar telinga anak muda zaman sekarang. Kalau buat saya, penampilan mereka kereeen... (iya, subjektif banget!) karena akhirnya di antara terpaan lagu2 Taylor Swift, Maroon 5, atau Adera yang biasanya akrab di telinga, romansa tahun 1940an bisa hadir. 

Romansa yang bukan hanya tentang keindahan wajah sang Juwita Malam atau wajah pemilik sepasang mata bola, namun juga salam perjuangan dari Stasiun Jatinegara dan kesyahduan Bengawan Solo...

Terima kasih para musisi pejuang. Semoga romansa ini bisa lestari hingga anak cucu kami nanti.

Friday, October 17, 2014

Persembahan bagi Pahlawan Musik Indonesia (Bagian 1)

Suatu pagi sebuah lagu mengalun syahdu. "... Melambai-lambai... Nyiur di pantai..." dan sekonyong-konyong muncul "kuis" di tengah para pendengar alunan lagu tersebut.

"Ini lagu judulnya apa, ya?"
"Aduuh lupa... Tapi ini dulu lagu penutup siaran TVRI setiap malam."
"Waduuuh... Saya kok ga tau, ya?"

Mohon perhatian sebentar, Saudara2. Para pendengar dan komentator di atas adalah sekumpulan guru di sekolah menengah, dengan usia rata2 tiga puluh tahun, terhitung orang dewasa yang sempat mengalami masa ketika Televisi Republik Indonesia (TVRI) menjadi satu2nya stasiun pemancar siaran televisi di tanah air. Dengan ketiadaan saingan, tentu semua siaran TVRI diserap oleh segenap lapisan masyarakat, dari berita2nya, artis2nya, dan lagu2 yang disiarkan.

Tapi kali ini saya tidak ingin menulis tentang TVRI atau siaran2nya. Saya tergelitik saat ternyata teman2 seangkatan saya di atas ternyata masih harus menebak2 judul lagu "Rayuan Pulau Kelapa" yang dulu nyaris tiap hari kami dengar baik melalui TVRI maupun RRI. Kalau judulnya saja masih perlu tebak-menebak, bagaimana dengan nama penciptanya, ya? Juga kalau generasi di atas 30 tahun mulai melupa, apa kabar dengan generasi yang belum mencapai 20 tahun, ya?

Atas pertimbangan2 ini, saya jadi kepingin menghadirkan suasana nostalgia a la masa awal kemerdekaan di kelas Sejarah yang saya ampu di SMA SMART Ekselensia Indonesia. Pas banget (atau saya pas2kan lah :p), materi belajar kami di kelas 5 IPS adalah tentang situasi Indonesia di awal kemerdekaan. Jika buku teks lebih banyak mengambarkan situasi sosial-politik-keamanan, maka saya membawa sebuah majalah Intisari edisi tahun 1990an. Di dalamnya ada artikel tentang komponis Gesang, yang mencipta puluhan lagu berlanggam keroncong, namun namanya masyhur hingga ke berbagai negara lewat lagu legendaris "Bengawan Solo".

Sengaja saya rancang materi ini menjadi materi bernyanyi. Tentu yang menyanyi adalah para siswa agar gratis, kalau saya kan minta honor tambahan, hehe... Selain agar suasana belajar santai dan tidak bosan, juga agar para siswa dengan rentang usia 16-18 tahun ini sadar, bahwa musik atau lagu2 tidak semata diciptakan dalam keadaan santai saat negara damai atau dalam mood cinta2an pada lawan jenis. Dua orang maestro musik Indonesia, Ismail Marzuki dan Gesang, menjadi dua tokoh seniman yang karya ciptanya tetap menggugah hingga kini.

Langkah belajar kelas bernyanyi ini adalah sebagai berikut: Pertama, kelas dengan jumlah siswa 18 orang ini saya bagi menjadi empat kelompok. Masing2 kelompok mengambil kertas undian dengan tulisan judul lagu: "Bengawan Solo", "Jembatan Merah", "Sepasang Mata Bola", dan "Juwita Malam". Bisa ditebak, sangat sedikit siswa SMA zaman sekarang yang tahu judul2 tersebut, apalagi tahu lagunya.

Seorang siswa yang kelompoknya mendapat undian untuk lagu Ismail Marzuki, "Sepasang Mata Bola", malah sempat protes. "Ustadzah nggak salah nulis, nih? Bukannya 'Sepasang Bola Mata'?" Mendengar ucapan itu, malah sepasang bola mata saya yang memutar ke atas. Capek, deeeh...

Langkah kedua, kepada tiap kelompok saya beri lembar kerja. Hanya ada tiga pertanyaan untuk diisi pada lembar kerja itu: tulisan lirik lagu, latar belakang penulisan lagu, serta dampak publikasi lagu tersebut bagi bangsa Indonesia dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Semua pertanyaan ini tidak ada nilai benar atau salah, semua jawaban saya terima sebagai proses belajar. Bahkan mereka saya izinkan mencari bantuan kepada ustad/ustadzah pengajar lain di lingkungan sekolah untuk mencari jawabannya.

Rupanya jawaban atas pertanyaan pertama yang mereka anggap bikin susah. Karena sebagian besar siswa merasa belum pernah mendengar lagu2 tersebut seumur hidup mereka, maka saya hubungkan Embi si laptop saya dengan situs Youtube, mencari penampil dengan lagu2 tersebut untuk disaksikan bersama. Untuk lagu "Jembatan Merah" dan "Sepasang Mata Bola", kami menonton penampilan penyanyi keroncong nasional; lagu "Juwita Malam" ternyata pernah direkam dan dibuat video klipnya oleh grup band Slank; sementara video lagu "Bengawan Solo" yang saya tampilkan membuat para siswa terpukau karena dinyanyikan oleh seorang bule Belanda dengan cukup fasih bersama iringan gitar akustiknya.

Baik, sekarang tidak ada alasan tiap kelompok untuk tidak bisa mengisi lembar kerja. Langkah ketiga adalah penampilan para siswa ini dalam kelompok dengan lagu yang menjadi jatah masing2. Dalam tahap ini, terjadi pergolakan lahir dan batin. Banyak siswa yang menolak penampilan mereka direkam dalam bentuk video. Bisa jadi sebagian khawatir jika video itu saya unggah ke YouTube, akan menjadi awal kesuksesan karir musik mereka dan menyebabkan mereka tidak bisa konsentrasi menempuh ujian nasional untuk kelulusan dari SMA semester depan, huehehe...

Oke, oke... Kami pun berkompromi. Mereka tetap harus berlatih membawakan lagu mereka dengan alat musik pilihan yang ada di ruang musik dan tetap akan direkam, namun tanpa menampilkan wajah dengan jelas. Dua kelompok, yaitu Jajang dkk yang membawakan lagu "Juwita Malam" dan kelompok Somad dkk dengan lagu "Bengawan Solo" direkam oleh saya, minggu kedua September lalu. Sementara untuk pertemuan berikutnya, karena saya ada tugas keluar sekolah, ustadzah Dini yang membantu merekam kelompok Fardin dkk dengan lagu "Jembatan Merah" serta kelompok Agung dkk dengan lagu "Sepasang Mata Bola".

Kelompok Jajang, Andi, Johan, Rofi dan Iqbal bersiap melantunkan "Juwita Malam"
Demikianlah, kisah pertama persembahan kami bagi pahlawan musik Indonesia. Nantikan bagian keduanya, ya... Semoga bisa segera muncul, hehe...

Sunday, October 12, 2014

Bawang Goreng

Ini cerita lumayan lama dari sebuah sudut sekolah. Akar ceritanya panjang, yaitu dari suatu Sabtu pagi, 22 September 2012. Klub jurnalistik sekolah kami, SMART Ekselensia Indonesia, resmi berdiri. Namanya S'Detik, alias "SMART dengan Jurnalistik.

Pertemuan pertama klub jurnalistik S'Detik, dipimpin oleh Ahmad Rey Fahriza (angkatan 5 SMART EI)


Inti cerita ini adalah kejadian hari Minggu, 21 September 2014. Untuk sebuah acara peringatan dua tahun berdirinya klub jurnalistik S'Detik, saya mengundang semua peserta klub dan beberapa kakak senior yang sudah jadi alumni, untuk berbagi cerita dan pengalaman serta ‘selamatan’ bareng.

Rey datang lagi, sudah jadi alumni SMART bersama Ahmad Rofai (angkatan 6 SMART EI)

Biar seru, saya pesan nasi tumpeng yang cukup untuk 30 orang. Saat ini anggota klub SDetik terdiri dari siswa2 kelas 2 hingga 5, atau angkatan 7, 8, 9 dan 10.

Biarlah 30 orang juga, memang sudah rezeki mereka, kata seorang tukang rambutan kepada istrinya #eh. 

Tumpeng kami di dua tahun SDetik

Sang tumpeng tersebut -nasi kuning berlauk perkedel, tempe orek, telur dadar, terbungkus plastik- tiba sekitar pukul satu siang. Saya meminta beberapa siswa yang telah hadir untuk membantu membawa masuk dan meletakkannya di meja. Mereka membawanya dengan bersemangat, mata berbinar2… dan mengiringinya dengan… hampir semacam koor:

“Hmmm… Bawang goreng…”

Saya jadi terharu. Bagi beberapa orang, bahagia itu ternyata sesederhana bertemu nasi bertabur bawang goreng.


Siang itu yang ikut tumpengan memang tidak sampai 30 orang, tidak semuanya juga masuk dalam foto di atas. Namun alhamdulillah, tumpengnya habis dan hanya menyisakan tampah anyaman bambu saja. Mungkin akibat tuah bawang gorengnya ya ^_^

Foto2: dokumen SDetik.

Tuesday, September 16, 2014

Aku Peta... Aku Peta... Eh, Dora


Kemarin saya tidak ikut upacara. Di kelas saja bersiap untuk kunjungan guru pendamping kurikulum 2013. Walau saya mendengar seluruh pembicaraan yang disampaikan oleh ustad July di lapangan persis di bawah kelas, namun kali ini tidak sah kalau saya berbagi isi tausiyah beliau mengenai ikhlas menuntut ilmu. Kita bagi cerita dari sudut sekolah yang lain ya.

Siang menjelang istirahat berakhir pukul 13.00 WIB, ada Irhas dan Hizba siswa kelas 2B yang datang ke kelas saya. Sejak awal tahun ajaran ini, saya move on juga. Pindah ruangan ke kelas Sejarah, setelah tujuh tahun bercokol di ruang kelas IPS SMP.

“Ustadzah, peta yang itu nggak dipakai di kelas IPS SMP,” lapor Irhas begitu saja.

“Peta yang mana?”

“Peta yang suka dipakai ustadzah untuk cerita…,” kata Irhas lagi.

Saya masih belum paham, lalu Hizba buru2 menambahkan, “Peta yang ada gambar Neptunus dan Napoleon itu, ustadzah,” tuturnya.

“Oh,” saya pun paham peta yang dimaksud. Saya suka sekali peta itu, yang saya bawa dari kunjungan ke sebuah pameran pendikan Eropa di Jakarta tahun 2008 lalu. Gambarnya bagus dan menarik. Setelah minta tolong dialasi papan dan dibingkai oleh ustad Ujang, sering peta ini saya ambil dari dinding dan saya gerakkan jari2 tangan menelusuri peta tersebut di depan para siswa manakala pembahasan materi sedang nyambung dengan Eropa dan bangsa2 di benua biru itu. 

“Trus kenapa?” tanya saya lagi pada Irhas dan Hizba.

“Dibawa ke kelas ini ya, ustadzah?”

“Lho itu kan peta kelas sana. Memang boleh dibawa oleh ustadzah Vivi?” Ustadzah Vivi mengajar IPS Terpadu SMP kelas 1 dan kelas 2A, sementara saya mengajar Irhas, Hizba dkk di kelas 2B.
Peta Uni Eropa 2008

“Kami tanya, ya…” sahut mereka sambil keluar menyusuri koridor ke arah utara. Dan tak berapa lama kemudian mereka datang lagi menenteng peta Uni Eropa itu. “Boleh dipindah sini kata ustadzah Vivi,” seru Irhas sambil tersenyum lebar.

“Ayo pasang di sini…” kata Hizba membantu peletakan peta di dinding depan kelas
“Nah, ini buat bahan ustadzah cerita lagi…” tambah Irhas seraya melangkah ke kelasnya sendiri karena waktu istirahat telah usai.

Adegan siang kemarin itu membuat saya merasa jadi Dora the Explorer. Tanpa poni siiy…


Wednesday, September 3, 2014

Masa Praaksara di Tengah Hutan

Hari ini kelas IPS Terpadu SMP SMART Ekselensia Indonesia kembali memasuki masa praaksara. Kelas 2B sudah dibagi menjadi lima kelompok yang masing2 akan menceritakan mengenai kehidupan manusia dan hasil budaya dari zaman batu dan zaman logam.

Presentasi tiap kelompok dilangsungkan di sebuah lokasi yang... dirahasiakan, hehe... Anggap saja di tengah hutan belantara dengan tanaman rimbun menghijau khas hutan hujan tropis di sekitarnya. 

Berikut ini presentasi dari kelompok pertama, masa paleolithikum.


Lalu video2 ini mengenai kehidupan manusia di zaman batu lain dan zaman logam... menyusul ya. Insya Allah segera :)


Saturday, June 28, 2014

Pengelana Jakarta Susulan

Suatu masa di bulan Maret 2014 lalu, sudah berlangsung pengelanaan siswa2 angkatan 9 SMART Ekselensia Indonesia ke kawasan Kota Tua Jakarta. Saat itu, tujuh di antara para siswa angkatan ini tidak bisa ikut karena ada yang sakit, dan ada yang mengikuti lomba di luar sekolah. Mereka adalah Vikram, Rafi, Syam'un, Satrio, Ade, Daffa dan Anggi. Wajar jika pada kesempatan lain mereka bertujuh ini minta diajak untuk berkelana seperti teman2nya, walaupun tidak seramai jika pergi bersama satu angkatan.

Nah, kami akhirnya bisa pergi pada saat liburan setelah urusan kenaikan kelas dan wisuda angkatan 6 beres. Tambahan lagi kami berkejaran dengan kedatangan bulan Ramadhan yang sudah menghitung hari. Jatuhlah hari pengelanaan kami ini pada hari Rabu, 25 Juni lalu. Karena sudah masuk masa libur sekolah pula, saya tak tega mengajak guru lain untuk berkelana. Biarlah sajalah kami berdelapan berkelana minimalis ke sudut2 Jakarta.

Vikram, Satrio dan Syam'un sudah berpengalaman naik KRL Jabodetabek. Saya pun berpesan kepada mereka bertiga untuk memandu kawan2 lain menaiki KRL dari Bogor ke Stasiun Kota, tempat saya akan menjumpai mereka. Saat saya tiba pagi jelang siang itu (iya, saya terlambat :p), ternyata Daffa dan Anggi tidak tampak. Rupanya ustad asrama tidak memberi izin pergi kepada keduanya karena satu dan lain hal. Baiklah... Lima anak pun tak kalah ramai. Segeralah kami menyeberangi jalan keluar dari stasiun menuju tujuan pertama, Museum Bank Indonesia.

Macam apa isi museum ini, silakan cari tulisan2 lain ya. Atau cek lewat google pun banyak infonya. Tidak ada tiket masuk yang harus dibayar, namun kita diminta mengisi buku tamu dan setelahnya memperoleh secarik tiket masuk. Dalam tulisan ini kita nikmati saja foto kelima personil boyband ini di seputar museum yang saat itu cukup sepi dari pengunjung.






Puas berkelana dan berfoto di Museum BI, pengelanaan dilanjutkan. Dengan pengalaman kurang mengasyikkan sebelumnya saat mengunjungi Pelabuhan Sunda Kelapa di siang hari, maka kami tidak berjalan ke arah pelabuhan itu sebagaimana kunjungan sebelumnya. Kami melanjutkan perjalanan dengan menumpang bus TransJakarta ke arah Blok M, dan turun di halte Monumen Nasional, untuk mengunjungi Museum Nasional.

Ahaha, iya, inilah risiko berjalan2 bersama ustadzah Vera. Senangnya mengunjungi museum! Untung kelima personil boyband ini tidak keberatan. Biaya tiket orang dewasa 5000 rupiah, dan bagi pelajar 2000 rupiah. Di museum ini, tentu saja kami berkeliling, dan berfoto2 lagi :)






Sudah di Museum Nasional, tanggung lah kalau tidak menyeberang ke Monas sekalian, alias Monumen Nasional. Oke, kami menyeberang, piknik di taman dengan makanan kecil yang kami bawa, mengunjungi museum di bagian cawan monumen ini, dan tentu saja ambil foto2 lagi :)



Puaskah sesiangan main di pelataran Monas? Ternyata belum, sodara2. Ada yang ingin bisa naik lift untuk menuju bagian bawah lidah api Monas dan memandang Jakarta dari ketinggian. Saya sih sudah dua kali naik ke sana, jadi tidak terlalu berminat. Tapi kalau saya tolak permintaan itu mentah2 juga tidak enak, kan. Untuk pengalih perhatian, saya tunjukkan saja antrean pengunjung yang mengular ke luar cawan Monas untuk naik ke puncak.

Tuh, antreannya panjang. Sekarang udah hampir jam dua siang. Kamu nggak lapar?

Kata2 bersayap itu manjur. Mereka setuju beranjak. Yuk, kita makan siang aja, zah. Lalu kami berpindah keluar kungkungan pagar Monas. Niat kami tadinya menunggu Mpok Siti, alias city tour bus  bertingkat yang bisa ditumpangi gratis dan melewati beberapa titik wisata ibukota, namun cukup lama menanti, kami tak terangkut juga. Akhirnya kami kembali naik Transjakarta ke arah pertokoan Sarinah dan makan siang yang cukup terlambat di sana.

Rupanya kami termasuk beruntung, karena sore itu mengalami "Hujan Bulan Juni" yang cukup lama dan deras, menyebabkan kami tidak bisa keluar restoran. Baru setelah hujan agak reda kami melangkah ke tepian jalan Jenderal Sudirman, menaiki Kopaja menuju Stasiun Sudirman. Saat itu sudah lewat pukul empat sore, sudah waktunya orang2 yang bekerja di sekitar salah satu jalan pusat bisnis Jakarta itu mengakhiri masa kerjanya. 

Jangan tanya seberapa ramai calon penumpang yang menanti di peron, baik yang mengarah ke Tangerang maupun Bogor. Buat kelima siswa ini, sore tersebut adalah pengalaman pertama mereka berada dalam arus pulang para pekerja komuter dari luar Jakarta. Sebuah kereta kami lewatkan karena penuhnya, dan terpaksa kami menanti kereta berikutnya yang tidak sebentar.

Hampir magrib ketika kami terpaksa singgah di Stasiun Manggarai untuk bertukar kereta ke Bogor. Stasiun itu tentu penuh tak terkira dengan 6 lintasan yang dimilikinya. Ke Kota, Tanah Abang, Bogor dan Bekasi. Kami bergerumbul (seperti semak2, hehe...) di peron menuju Bogor, dan salah seorang dalam rombongan berucap, Untung juga Daffa batal ikut, zah. Dia bisa hilang kalau terpisah di kerumunan sepenuh ini.

Hehe... Iya sih. Insya Allah kapan2 kita bisa berkelana lagi deh, dan Daffa bisa ikut :)