Sunday, December 1, 2013

International Day Festival 2013 di SMART EI


Dari sebuah pembelajaran "kecil" di kelas, akhirnya jadi sebuah festival umum.

Tadinya acara ini dirancang sebagai bagian kegiatan pembelajaran IPS Terpadu untuk kelas 2 di SMART Ekselensia Indonesia, materinya Negara Maju dan Negara Berkembang. Saya akan buat kelompok2 yang akan membuka area pameran di kelas untuk menjelaskan perkembangan teknologi dan keragaman budaya di lima benua. Modelnya seperti Kelas Lembaga Keuangan begitu deh. Nanti siswa lain serta para ustad dan ustadzah bisa mengunjungi dan mendapatkan informasi dari para penunggu pameran.

Lalu ide ini didengar ibu Kepala Sekolah, usatadzah Eka Kurniasih, yang malah memberi tantangan untuk memperbesar skala kegiatan. "Bagaimana kalau pameran ini diadakan dengan mengundang tamu dari sekolah lain?" usul beliau. Hmmm. Boleh juga. Maka perluasan ide ini saya bicarakan dengan para siswa kelas 2, yang saat ini adalah angkatan 9 SMART EI. Pikir2 sebentar, ternyata mereka setuju! Mari kita lanjutkan ...!

Satu hal baru harus dipikirkan. Bila ada undangan dari luar SMART untuk acara ini, haruslah ada kegiatan lebih dari sekadar pameran untuk menarik mereka hadir. Tercetus ide mengadakan lomba, sehingga acara ini pun menjadi festival untuk memperluas pengetahuan dan uji kemampuan bagi pengunjung. Buat para siswa angkatan 9, ini juga kesempatan untuk mengadakan acara yang punya skala cukup besar dalam hal tanggungjawab karena berhubungan dengan kepuasan pengunjung dari luar sekolah.

Menggandeng beberapa ustad dan ustadzah untuk ikut membantu dalam kepanitiaan, yaitu ustadzah Imtinanika Syahara, ustadzah Uci Febria, ustadzah Retno Handayani, ustadzah Tri Artivining, dan ustad Imam Matin, maka resmilah acara bertajuk "International Day Festival 2013" ini mengundang siswa2 dan guru dari Sekolah2 Dasar di sekitar Kecamatan Jampang. Selain pameran, ada pula lomba melukis untuk siswa kelas 3-4 SD dan lomba cerdas cermat untuk siswa kelas 5-6 SD. Agar ceria, maka temanya adalah "One Happy World Together" :)

Pin yang dibuat oleh Vikram, Cici dan Ade Putra
Hari-H ditetapkan pada akhir November, yaitu Sabtu (30/11) kemarin. Sebelumnya para siswa telah mengantarkan undangan ke belasan SD dan setelahnya menunggu dengan harap2 cemas akan berapakah sekolah yang bersedia hadir. Biaya pendaftaran yang dibuat gratis akhirnya bisa mendatangkan lebih dari 10 sekolah untuk mendaftar. Sebuah capaian yang menjanjikan untuk sebuah acara yang diselenggarakan oleh siswa tingkat 2 SMP ya... :p

Pada malam hari sebelum kegiatan, beberapa persiapan akhir masih dilakukan, baik untuk persiapan pameran maupun pembuatan soal cerdas cermat.

Bendera negara2 dunia sepanjang koridor menuju "panggung utama"
Para peserta diajak bersemangat bersama di pagi hari

Ada dongeng oleh Kak Rizal, angkatan 10 SMART EI
Pembukaan oleh Kepala SMP SMART EI, ustadzah Eka Kurniasih
Tim yel-yel panitia

Pengunjung gelombang pertama di stand Asia

Kak Aziz bersemangat menjelaskan mengenai wilayah Amerika

Kak Ihsan laris manis di stand kawasan Oceania (foto atas) juga Kak Ibnu, Kak Azzam dan Kak Aji di stand Eropa (foto bawah).



Para pemenang lomba melukis (foto atas) dan lomba cerdas cermat (foto bawah)


Gaya panitia setelah acara selesai

Sunday, November 24, 2013

Nomor 7

Nomor 7 sering dibilang sebagai nomor keramat, apalagi kalau disematkan sebagai nomor punggung pemain sepakbola dunia. Padahal masih banyak nomor cantik lain kan, ya? Nomor 9 atau nomor 18, atau 65? Kenapa nomor 7 yang selalu dikejar2? Hayo, kenapa? 

Eeeh... Maaf kalau pembukaan pos ini ga nyambung. Karena sesungguhnya saya mau menceritakan terbitnya edisi terbaru hasil kerja keras para jurnalis muda di SMART Ekselensia Indonesia. Setelah edisi pertama muncul pada Oktober 2012, majalah dinding karya klub jurnalistik SMART EI, S'Detik, yaitu DuaBelaSdetik, terbit lagi dengan edisi ketujuh pada bulan November 2013 ini.

Tadinya isi mading ini bukan apa yang akhirnya muncul dan terpampang di papan majalah sekolah, tapi dengan sebuah tema lain yang... masih rahasia :p. Sayang disayang, saat pengerjaan mading tersebut sudah mencapai 70 persen, hujan yang turun sangat kuatnya minggu pertama bulan ini di Bogor membawa pula petir menggelegar, yang dengan sukses memadamkan CPU komputer yang digunakan untuk menghimpun data tulisan dan menata letak mading...

Akhirnya edisi ketujuh ini mulai dari awal deh! Di bawah komando Rizky Agung sang redpel, para reporter dan redaktur mengumpulkan semua memori dan catatan kegiatan sebulan terakhir untuk meluncurkan edisi ini. Di antaranya adalah catatan-catatan perjalanan ke kampus Universitas Indonesia dan tentunya kegiatan fieldtrip minggu lalu. Juga ada laporan kegiatan proyek sosial kelas 4 yang mengadakan khitanan massal bekerjasama dengan Rumah Sehat Terpadu (RST).

Hasil para pengejar tenggat waktu ini, alhamdulillah, sekarang sudah bisa dibaca di mading klub jurnalistik Sdetik di SMART EI. Ini ni tampilan depannya...



Selamat membaca, yaaa :)

Wednesday, November 20, 2013

Kemping...! Semalam di Taman Nasional Gunung Halimun Salak

"Tadinya kita kira mau menginap, zah... kan sudah pergi sampai sore..."
"Iya, kan sudah pergi jauh, capek..."
"Trus, katanya mau lihat penyu, tapi ga ada."
"Ternyata udah magrib, eh pulang ke asrama. Sampenya malam banget..."

Penggalan cerita tidak jelas beberapa tahun lalu itu masih teringat oleh saya. Para empunya cerita adalah para siswa angkatan 3 SMART Ekselensia Indonesia yang mengenang pertama kalinya mereka mengikuti kegiatan belajar lapangan alias fieldtrip di SMART EI. Saat itu, semester ganjil tahun 2007 ada tiga angkatan siswa SMART yang mengunjungi kawasan Ujung Genteng dalam rangka fieldtrip. Karena pada saat yang sama saya belum bergabung di SMART, maka belum tahu seberapa seru atau jauhnya perjalanan fieldtrip itu. Namun saya bisa menangkap kekecewaan beberapa siswa tersebut yang ingin sekali2 berkemah bersama guru dan teman satu sekolah di alam terbuka.

Waktu berlalu... Hingga tahun 2012 lalu, sebagian besar fieldtrip yang kami lakukan adalah kunjungan ke kampus atau tempat industri. Hmmm, pernah juga kami menjalankan outbond di area Jungle di kawasan Puncak, Desember 2008. Saat itu sudah lima angkatan bergabung di SMART EI, dan kekompakan antarangkatan begitu terasa. Apalagi bagi siswa angkatan 5 yang paling muda, kenangan mereka begitu mendalam, terlebih pada saat pulang bus mereka mogok di kawasan Puncak :)

Setelah tahun 2011 fieldtrip dilaksanakan di Kebun Binatang Ragunan Jakarta, dan tahun 2012 lalu mengambil lokasi di Kebun Raya Cibodas, maka tahun ini tujuan fieldtrip pun beringsut makin jauh dan lokasinya makin liar, hehe... Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak di kawasan Cidahu, yang sudah masuk Kabupaten Sukabumi menjadi tujuan kami. Dengan menempuh medan yang jauh dan berat, tidak seru bila acara fieldtrip kali ini hanya sehari di taman nasional, tanpa acara menginap alias kemping. Dukungan kanan kiri dari rekan2 guru dan kepala sekolah digalang, survei lokasi digiatkan, persiapan logistik dan akomodasi dikumpulkan, hingga akhirnya turun juga izin untuk berkemah semalam di TNGHS ini.

Yeaaaay...! Akhirnya kami kemping juga bersama2 satu sekolah! *jingkrak2 pakai sepatu balet :p

Hari keberangkatan tiba, Senin 18 November 2013. Enam buah truk sewaan dari Kopassus melaju meninggalkan Jampang menjelang pukul 6 pagi. Sempat mengalami macetnya pagi di Bogor di beberapa titik, akhirnya lima buah truk berhasil mengatasi semua tantangan untuk tiba di lokasi. Woow... woow... subhanallah... tak sedikit siswa dan guru bertasbih melihat pemandangan yang terbentang di hadapan saat turun dari truk dan menuju lokasi kemah didirikan di ketinggian sekitar 930 m dpl ini.

Pemandangan ke lembah Gunung Salak dari area kemah kami di TNGHS... subhanallah...
Satu dari empat tenda peleton yang dipakai menginap oleh 178 siswa SMART EI
Foto bareng di belakang spanduk sebelum mendaki ke Kawah Ratu
Separuh jalan menuju Kawah Ratu, sedikit mengaso dan berfoto di helipad Gunung Salak

Sampai juga di Kawah Ratu... Perjuangannya berat lho, jadi kita ambil gambar dulu :p
Mengambil air minum dalam perjalanan kembali ke kemah setelah dari kawah,
disinari matahari  di anak sungai jernih pegunungan
Walau api unggun hampir padam, semangat Renald dkk menceritakan legenda Halimun Mas tetap membara :)
Menanti sarapan sambil bercengkrama antarangkatan
Guru sekolah, guru asrama, karyawan sekolah, siswa kelas 1 hingga kelas 5, lengkap di curug ini.
Serunya kemping semalam begitu cepat berlalu...

Wednesday, November 13, 2013

Pahlawan Adalah ...

Peringatan Hari Pahlawan Indonesia tahun ini, 10 November, ternyata jatuh di hari Minggu. Di sekolah kami, SMART Ekselensia Indonesia, rencananya akan diadakan upacara bendera khusus dengan tema hari Pahlawan ini pada hari Seninnya. Ternyata oh ternyata, sayangnya cuaca Senin pagi kemarin yang begitu basah karena hujan kepagian itu tidak cocok untuk menggelar upacara di lapangan, apalagi dengan kegiatan penaikan bendera.

Walhasil, upacara tetap berlangsung ya, meski bukan di lapangan melainkan di koridor lantai 2 gedung sekolah. Ustad Agus Nurihsan, Kepala SMA yang menjadi pembina upacara, kembali mengingatkan tentang nilai kepahlawanan yang harus terus dikembangkan.

Kelas saya, IPS SMP SMART EI, punya program khusus untuk mengangkat nilai kepahlawanan ini. Hari Selasa kemarin (12/11), saya putarkan sebuah film yang masih "bersaudara" dengan "Letters of Iwo Jima" yang sudah kami tonton bersama bulan lalu. Film ini, "Flags of Our Fathers", juga disutradarai oleh Clint Eastwood. Fokus film "Flags..." ini adalah para prajurit muda Amerika yang dikirim untuk menduduki Pulau Iwo Jima sebagai pertahanan terluar Jepang saat menjelang akhir Perang Dunia II. Di antara mereka ada yang ketiban nasib menjadi pengibar bendera Amerika di hari kelima pertempuran, lalu difoto, masuk halaman depan surat-surat kabar, dan dianggap pahlawan yang berhasil menegakkan panji2 kemenangan Paman Sam di tanah keramat milik musuh.

Foto dari http://www.iatse476.org/

Menonton film memang terasa tidak cukup, ya. Apalagi waktu menontonnya yang sudah tiga jam pelajaran pun tidak bisa utuh menyelesaikan film ini. Terpaksa film saya percepat, dan diskusi tentang kepahlawanan trio Ira Hayes - Rene Gagnon - John Bradley, para prajurit yang tersisa dari para pengibar "Stars & Stripes" di Iwo Jima ini ditunda hingga pertemuan berikutnya.

Tapi tetap saya beri tugas setelah menonton. Kalimat terakhir dari film ini, dinarasikan oleh James Bradley yang menulis kisah untuk film ini, begitu relevan dengan tema "pahlawan".

Heroes are something we create, something we need. It's a way for us to understand what's almost incomprehensible, how people could sacrifice so much for us, but for my dad and these men, the risks they took, the wounds they suffered, they did that for their buddies. They may have fought for their country but they died for their friends.

Kalimat ini menjadi inspirasi bagi saya untuk mencari tahu, bagaimana pandangan para siswa SMART EI mengenai pahlawan. Apalagi, kami masih menyelesaikan materi mengenai mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sebelum kelas ditutup, selembar kertas berukuran A6 saya bagikan untuk tiap siswa. Di sana ada foto tokoh-tokoh yang cukup dikenal sebagai pahlawan nasional, dan ada balon dialog seperti di komik lawas. Pada balon dialog itulah tiap siswa saya minta untuk membuat refleksi: "Pahlawan adalah..."


Ya, siapa itu pahlawan? KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) tentu punya penjelasan, demikian pula KSSEI (Kumpulan Siswa SMART Ekselensia Indonesia) di kelas saya ini. Mari kita lihat satu per satu refleksi yang mereka buat.

"... manusia biasa seperti orang lain." (M. Al Hamid / Semarang)
"... dia yang dapat melawan segala keburukan yang ada pada dirinya dan mencoba berani melakukan hal yang terbaik untuk dirinya maupun orang di sekitarnya." (Ahmad Ilham Akbar / Depok)
"... seseorang yang memiliki tujuan yang baik untuk kepentingan khalayak dengan cara mengorbankan diri, bahkan hingga nyawa mereka melayang." (M. Ibnu Al Fida / Ciamis)
" ... sosok yang berjasa di mana pun keberadaannya bagi orang di sekelilingnya. Dan dia rela mengorbankan segalanya darinya untuk kebaikan dan juga kepentingan orang lain tanpa mengharap balasan (Aprulloh / Bandar Lampung)
"... seseorang yang berjasa bagi suatu hal, dan ia bisa juga disebut pembela suatu hal yang dianggapnya baik." (M. Haydar Zaky Dzinnaja / Demak)
"... orang yang melakukan yang terbaik kepada apa pun, bagi negaranya atau bagi siapa pun, dan tak peduli dengan apa pun yang orang katakan kepadanya dan orang berikan kepadanya. Pahlawan adalah ... orang yang menganggap dirinya bukan pahlawan." (Rizky Dwi Satrio / Medan)
"... orang yang rela memberi sesuatu yang sangat dibutuhkannya kepada segenap umat manusia dengan ikhlas dan tanpa pamrih. Juga mereka yang selalu mementingkan orang lain selain dirinya." (Al Ghifari Farhan Muzaki / Depok)
"... orang yang berjuang demi kepentingan orang banyak yang rela berkorban, rela berusaha tanpa imbalan maupun mendapatkan imbalan untuk krpentingan itu dalam hal-hal yang baik." (Aldi Maulana / Bandung)
"...orang yang mementingkan orang lain daripada diri sendiri (Rizky Maulana Pardomuan PD / Bandar Lampung)
"...seorang yang berjasa pada negara yang tidak pantang menyerah atas segala tantangan." (Akhmad Senoaji Wijaya Sakti / Banjarbaru)
"...seseorang yang terus berjuang untuk mempertahankan suatu wilayah dan rela menolong tanpa pamrih." (Tri Agus Setiawandika / Luwuk)
"... seseorang yang berani mengorbankan nyawanya demi membela yang benar dan melawan kejahatan dengan pantang menyerah." (Abdullah / Bima)
"... orang yang mengorbankan jiwa raganya demi negara maupun orang lain dan berani bertanggungjawab atas semua yang ia lakukan, dan mementingkan kepentingan orang lain dari kepentingannya sendiri. Pahlawan adalah orang yang sangat berjasa bagi dirinya sendiri maupun orang lain." (M. Zikrur Rahman / Solok)
"... orang yang berkorban dengan segenap jiwa, raga, dan usaha tanpa mengharap imbalan atau tanda jasa." (Achmad Fajar Cici Mulyana / Surabaya)

Cukup beragam, ya. Ada yang panjang, ada yang singkat, tapi tidak ada yang salah. Buat saya, refleksi2 ini menjadi jembatan yang tepat untuk melanjutkan materi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Kalau Pak Tino Sidin dulu akan berkomentar, "Yak, baguuus...":)

Thursday, October 31, 2013

Kembali Dibuka: Seleksi Nasional Beasiswa SMART EI 2014/2015

Angkatan 10 SMART EI, Juli 2013 (foto oleh Aprulloh, angkatan 9 SMART EI)

SMART Ekselensia Indonesia merupakan sekolah bebas biaya, unggulan, berasrama dan akselerasi pertama di Indonesia. Diresmikan pada 29 Juli 2004 dengan lokasi terletak di Jalan Raya Parung KM 42-Bogor, Jawa Barat. Pendaftaran calon siswa baru angkatan XI SMART Ekselensia Indonesia tahun ajaran 2014/2015 telah dibuka mulai tanggal 1 November 2013 hingga 15 Januari 2014.

Sekolah ini adalah salah satu bagian dari jejaring Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa, yang merupakan sekolah menengah setingkat SMP dan SMA khusus bagi siswa laki-laki lulusan sekolah dasar yang memiliki potensi intelektual tinggi namun memiliki keterbatasan kemampuan ekonomi keluarga.
Persyaratan Umum
  • Berasal dari keluarga dhuafa (sesuai kriteria Dompet Dhuafa)
  • Laki-laki
  • Lulus/tamat SD atau sederajat, usia maksimal 14 tahun pada 31 Juli 2014
  • Memperoleh izin dari orang tua/wali
  • Memiliki prestasi akademik, dengan kriteria rata-rata nilai rapor kelas IV-V minimal 7,0 dan tidak ada nilai 5 di dalam rapor
  • Bersedia mengikuti seluruh tahapan seleksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
  • Berbadan sehat dan tidak memiliki penyakit menular
  • Tidak memiliki anggota keluarga yang sedang atau pernah mendapatkan beasiswa Dompet Dhuafa

Persyaratan Khusus

  • Mengisi formulir pendaftaran calon peserta seleksi nasional beasiswa SMART yang telah disediakan panitia
  • Melampirkan fotokopi rapor kelas IV hingga V yang telah dilegalisasi oleh pihak sekolah asal.
  • Melampirkan fotokopi ijasah/STTB/STK (bila belum ada dapat menyusul).
  • Melampirkan fotokopi piagam penghargaan/sertifikat (bila ada)
  • Melampirkan surat keterangan gaji atau penghasilan orang tua/wali atau anggota keluarga yang ikut menopang pendapatan keluarga. Surat ini juga dapat berasal dari pengurus RT/RW/kelurahan/desa dan atau pengurus masjid setempat.
  • Melampirkan surat pernyataan izin dari orang tua/wali untuk bersekolah di SMART Ekselensia sampai selesai
  • Melampirkan fotokopi rekening listrik 2 bulan terakhir (bila ada)
  • Melampirkan fotokopi kartu keluarga.
  • Pas Foto Calon Peserta ukuran 4 X 6 sebanyak 2 lembar.
Batas Akhir Pendaftaran : 15 Januari 2014

Sunday, October 27, 2013

Calon Wartawan Meliput Lagi

Sabtu pagi kemarin (26/10) kembali ada sebuah ada petualangan yang dijalankan oleh 13 orang anggota terpilih klub jurnalistik S'Detik SMART Ekselensia Indonesia. Petualangan kali ini tidak jauh2, cukup dari Parung, Bogor menuju kampus Universitas Indonesia, Depok. Perbedaan petualangan lain adalah kali ini kami tidak menggunakan mobil sekolah atau mobil sewaan, melainkan dengan menggunakan angkutan umum berbayar, seperti banyak anak sekolah pada umumnya.

Perjalanan pertama dimulai pukul 6.20 pagi, menggunakan angkot rute 06 dari Parung hingga Terminal Merdeka, Kota Bogor. Dari Merdeka, rombongan kami berjalan kaki menuju Stasiun Bogor, lalu antri untuk membeli tiket KRL Commuter Line tujuan Depok. Saat ini tarif tiket KRL rute Bogor-UI 2500 rupiah.

Setelah antre beli tiket, lalu antre melewati gerbang dengan tiket elektronik

Ada tiga KRL sudah siap di peron menuju ke utara. Kami datangi KRL yang paling ramai, entah tujuannya ke Tanah Abang atau ke Kota, tidak masalah karena kami akan turun di stasiun Universitas Indonesia. Belum semua anggota rombongan kami naik, eh kereta bergerak dan berangkat! Maka tiga siswa dan ustadzah Retno pun tertinggal di peron, dan terpaksa menanti kereta berikutnya. Rombongan pertama yang tiba di stasiun UI menjelang pukul 8 pun harus sabar sekitar 30 menit menunggu tibanya rombongan kedua, sebelum akhirnya kami keluar stasiun menuju lokasi kunjungan pertama, Festival Dongeng Indonesia 2013.

Yani dan Vikram, duo reporter asal Jambi di depan FIB UI
Mungkin informasi yang saya dapat mengenai lokasi pelaksanaan festival di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI (FIB UI) kurang tepat, karena kok ya Sabtu pagi ini FIB sunyi dari tanda2 festival apa pun. Yang ada malah beberapa kucing yang kemudian difoto dengan gaya masing2 :p. Jadi kami lanjut ke lokasi festival di Perpustakaan UI. Alhamdulillah, di sini rameee... Langsung deh para reporter muda ini malah cari lokasi berfoto diri, hehe...

Azzam, Vikram, Aziz dan Aji foto bareng di tembok Festival Dongeng Indonesia

Kakak pendongeng dengan keluarga muda pendengarnya (foto oleh Ahmad Ilham Akbar)
Acaranya cukup seru, dan masih banyak acara seru seputar dongeng yang maunya kami saksikan semua di festival yang cuma sehari ini. Tapi kan kami punya janji bertemu dengan kakak2 pengurus pers mahasiswa UI, Suara Mahasiswa UI di Pusgiwa. Kami beranjak, lalu salah halte saat menanti bus kampus ke Pusgiwa, sehingga terlambat tiba di lokasi. Saat ini pun anggota rombongan sudah berkurang dua orang karena Satrio dan Vikram harus kembali terlebih dahulu ke Bogor. Maaf ya kakak2...

Kakak2 ini selama kira2 satu setengah jam kemudian banyak berbagi cerita suka duka pengelolaan majalah kampus yang mereka terbitkan, yaitu Majalah Suara Mahasiwa dan newsletter bulanan Gerbatama. Terima kasih ya, kak Puput dkk. Semoga pengalaman kakak2 ini bisa menjadi penguat motivasi kru S'Detik untuk menghidupkan terus penerbitan DuaBelaSdetik dan Sdetik untuk memberitakan kebenaran, ya!


Foto bersama kakak-kakak Suara Mahasiswa UI, difoto oleh kakak SuMa juga :)

Sekarang saatnya foto bareng di belakang Pusgiwa dengan fokus yang terbagi ke dua kamera (foto oleh Ade Putra TP)

Wednesday, October 23, 2013

"Do What Is Right..."

Jenderal Tadamichi Kuribayashi, diperankan oleh Ken Watanabe.
(Foto dari www.wallpaperpimper.com)
Kemarin kami menyaksikan bersama film The Letters from Iwojima. Film keluaran tahun 2006 yang disutradarai oleh Clint Eastwood dan satu paket dengan Flags of Our Fathers ini ditayangkan di kelas IPS Terpadu SMP SMART EI sebagai pengantar materi pendudukan Jepang di Indonesia.



Terpaksa memang film ini harus mengalami percepatan di beberapa adegan, karena durasinya yang 140 menit tidak cukup untuk ditonton dalam waktu 3 jam pelajaran dalam satu kali pertemuan. Diskusi usai menonton pun hanya sempat beberapa saat sebelum bel usai pelajaran hari itu berbunyi. Tidak apa2, yang pasti pesan film ini bisa terendap dalam benak, minimal semalam dulu lah.

Dalam pertemuan berikutnya di kelas, hari ini, saya memulai materi pendudukan Jepang ini dengan membagikan sepotong kertas pada masing2 siswa. Semua siswa saya minta berkolaborasi, dua kalimat dan satu judul apa gerangan yang bisa muncul dari potongan2 kertas tersebut. Begitu saya beri tanda untuk bergerak, mereka celingukan sesaat, lalu bicara nyaris serentak.

Hey, mana yang "right"?
Ini bahasa Indonesia, lho...
Eh, ada yang bahasa Inggris juga ya?
Ini "Iwojima" ni... Film yang kemarin.
Ada yang bahasa Inggris, ada yang bahasa Indonesia. Yang dapat bahasa Indonesia kumpul sini...

Dan mereka bergerak ke arah dua titik cahaya terang... pusat kalimat berbahasa Inggris dan bahasa Indonesia, ...

... mulai menyusun kata2 yang ada menjadi kalimat ...

... baik kalimat dalam bahasa Indonesia ...

... maupun kalimat berbahasa Inggris.

Setelah susunan kalimat ini ditempel di balik peta, dibaca bersama,

Do what is right because it is right. Lakukan hal yang benar karena itulah hal yang benar.

dan alhamdulillah ada yang ingat, dari bagian apa dalam film Letters from Iwojima kalimat ini dikutip.

Ini dari surat ibunya Sam! 
("Sam" adalah salah satu tokoh dalam film tersebut, seorang prajurit Amerika yang menyerbu Iwojima, tertembak dan dirawat oleh tentara Jepang di bawah komando Kapten Takeicihi Nishi, tapi kemudian meninggal dalam gua pertahanan Jepang, hiks... kasihan...)

Baik kelas 2B dan 2A, hari ini menanamkan kembali ajaran universal ini: Lakukan hal yang benar, karena itulah hal yang benar. Bukan karena hal itu yang sedang jadi tren, atau diminta oleh atasan :)

Dengan kegiatan pembukaan tadi, semua siswa jadi bersemangat untuk berdiskusi dan membahas materi pedudukan Jepang di Indonesia. Terima kasih untuk semangat belajar hari ini, ya...



Wednesday, October 2, 2013

Melihat Dunia Mulai dari Titik Nol

Hm... Hmm... Hm... Ada guru tamu lagi di SMART Ekselensia Indonesia.

Hari ini kami mendatangkan Agustinus Wibowo, seorang penulis tiga buku mengenai perjalanannya ke beberapa negara yang jarang didatangi oleh sebagian besar pelancong Indonesia yang bertandang ke luar negeri. Ketiga buku itu adalah Selimut Debu, Garis Batas, dan Titik Nol. Karena blog ini bukan blog buku, dan tulisan ini juga tidak diniatkan untuk menjadi resensi buku, maka kisah dalam tiga buku itu silakan cari di sumber lain :p

Kuliah tamu hari ini adalah kerjasama antara pembelajaran IPS Terpadu dan Bahasa Indonesia. Dari materi IPS, diharapkan siswa memahami perbedaan yang ada di negera-negara yang pernah dikunjungi oleh Mas Agus. Untuk pelajaran Bahasa Indonesia, buku2 beliau yang termasuk sebagai "travel-literature" akan dijadikan bahan untuk resensi buku non-fiksi. Ada juga penugasan bagi siswa kelas 1 untuk melakukan wawancara dengan beliau.

M. Fathikhur Rafi sebagai pembaca buku "Titik Nol" dan M. Fadhli sebagai moderator mendampingi mas Agus

Ada wartawan2 cilik yang mewawancarai mas Agus seusai acara: M. Arief, Bima Awanda dan Rama Ahmad Noor Faizi

Tuesday, September 24, 2013

Belajar Pajak Bersama Ahlinya

Pelajaran IPS Terpadu di SMP SMART EI kali ini kembali mengenai bab perpajakan. Materi yang cukup dinanti beberapa siswa yang doyan matematika, karena ada urusan hitung menghitung uang. Sayangnya ini hanya uang orang, pura2 pula, bukan uang sendiri, hehe... 

Sebelum membuat RPP, seperti biasanya saya memeriksa dulu kondisi dunia nyata yang terkait dengan materi ini. Kalau mau gampang sih, tinggal buka saja materi tahun lalu atau gunakan bahan yang persis sama dengan yang ada dalam buku teks yang dipegang oleh siswa. Tapi itu metode mengajar yang sebaiknya tidak dilestarikan ya, karena tidak kontekstual dengan kondisi zaman. Kasihan kan para siswa kalau ilmu yang kita ajarkan di kelas ternyata tidak berguna di kehidupan nyata mereka.

Setelah melakukan pelacakan melalui Google, hingga sampai ke laman Direktorat Jenderal Pajak, Kementrian Keuangan RI, ternyata memang ada perubahan yang lumayan mengejutkan dibandingkan ketika saya mengajarkan materi ini tahun ajaran lalu. Perubahan ini terkait dengan naiknya nilai PTKP bagi wajib pajak nasional yang merupakan salah satu unsur dalam menghitung Pajak Penghasilan (PPh). Hingga tanggal 31 Desember 2012, PTKP Wajib Pajak Orang Pribadi (WP OP) yang bisa disebut sebagai pengurang penghasilan yang akan dikenai pajak tersebut adalah sebesar Rp 15.840.000,-, mulai Januari menjadi Rp 24.300.000,-. Di dalam buku teks yang terbit tahun 2006 bahkan nilai PTKP WP OP masih tertera Rp 13.200.000,-

Waaah, lumayan signifikan ya, peningkatan PTKP ini. Tapi apa alasan pemerintah, ya? Karena saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu, maka

Tidak ada cara lain. Kita harus 
berjalan terus.

(eh itu sih puisinya Taufiq Ismail, ya? :p)

Maksud saya, apa boleh buat, kita minta saja seorang pegawai Dirjen Pajak Kementrian Keuangan RI untuk menjadi guru tamu di kelas untuk para siswa. Bukan kali ini ada guru tamu untuk materi pajak, dua tahun lalu juga ada salah satu pegawai di bawah Dirjen Pajak yang pernah saya undang. Bedanya, sekarang Pak Yuliyono datang hanya untuk mengajar kelas 2 saja. Karena aula sedang dipakai untuk acara lain, dan karena jumlah siswa kelas 2A dan 2B ini mencapai 44 anak, maka kami belajar sambil lesehan menumpang di kelas geografi dan bahasa.

Benar saja kan. Saat diberi kesempatan bertanya, langsung ada pertanyaan dari Azzam tentang kenaikan nilai PTKP tadi. Selain menjawab pertanyaan2 dari Azzam dkk, Pak Guru Ijul ini juga tidak lupa menyiapkan tantangan menghitung pajak untuk para siswa. Tiga orang siswa pun berhasil menyelesaikan tantangan dan mendapat bingkisan buku dari Pak Ijul. Saya belum tanya, apakah isinya buku tentang pajak, atau jenis metropop, hehe...

Terima kasih, Pak Guru tamu ahli pajak hari ini yang pulang pergi ke SMART memilih berkelana dengan angkutan umum, tidak mau dijemput mau pun diantar (kok jadi kayak jailangkung #eh). Semoga ilmu yang dibagi bisa bermanfaat, dan nantinya membuat para siswa taat membayar pajak dan zakat juga, tentunya. :)

Pak Guru Yuliyono "in action"

Vikram mengerjakan soal menghitung pajak yang ketiga

Aldi Maulana, Vikram Makrif dan M. Syahid Fathurrizqi menerima hadiah dari Pak Ijul

Pemberian kenang-kenangan buat Pak Ijul yang diserahkan oleh Ahmad Ilham Akbar sang penggambarnya

Wednesday, September 18, 2013

Inspirasi Hidup Bunda Pipiet Senja

Seorang yang istimewa hari ini (Rabu, 18/9) menjadi guru inspirasi kami di SMART Ekselensia Indonesia. Beliau adalah Bunda Pipiet Senja, penulis lebih dari 130 buku bacaan sejak 40 tahun lalu.
Beliau datang berbagi cerita kehidupan kepenulisan sejak masih berusia belasan tahun, dengan keterbatasan fasilitas serta penyakit thalassemia yang masih "setia" mendampingi hingga kini. Bunda Pipiet mampu membawa suasana segar bagi peserta kelas inspirasi yang terdiri dari kelas 1-3 SMP SMART EI.

Kisah tentang puisi2 pertamanya yang dimuat di majalah "Aktuil" tahun 1970 an, bisa membuat para siswa tergelak dan terpukau. Mereka tak bisa menahan tawa saat diceritakan para redaktur majalah terkejut mendapati seorang gadis muda yang sebelumnya menyurati mereka dengan "ancaman" gentayangan, ternyata datang meminta honor pemuatan puisi dengan kaki masih "menapak tanah". Berikutnya para siswa terperangah saat tahu lima puisi Pipiet muda saat itu dihargai 7500 rupiah. Padahal harga per gram emas saat itu adalah 800 rupiah... Luar biasa sekali.

Bunda Pipiet juga tidak pelit membagi tips untuk bisa sukses merintis karir sebagai penulis: membaca-membaca-membaca, serta menulis-menulis-menulis. Bila konsisten dijalankan, maka kesuksesan juga akan konsisten menghampiri.

Sunday, September 15, 2013

Berdetik-detik Kemudian...



Hari ini lahir sebuah cerita tentang perjuangan selama puluhan ribu detik. Perjuangan mengalami dan mengingat kebenaran dan menuliskannya bagi banyak orang. Perjuangan melawan jatuhnya semangat dan menghadapi padamnya listrik di sore hari masa tenggat. Perjuangan menerbitkan kembali majalah sekolah DuaBelaSdetik di SMART Ekselensia Indonesia...

...

Yak, cukup lebaynya. Mari langsung kita nikmati tampilan sampul depan edisi keenam DuaBelaSdetik, hasil kerjasama banyak pihak. Terutama siswa2 peserta terbaru klub jurnalistik SDetik, yang bersemangat melakukan liputan, wawancara, pengambilan gambar dan penulisan. Tak lupa juga kerjasama pihak PLN Bogor yang sempat menguji kesabaran dengan pemadaman listrik saat hujan deras melanda wilayah Parung Sabtu (14/9) kemarin. Padahal itu adalah saat di mana kami sedang berada di jadwal kritis untuk menata letak dan mencetak majalah ini.


Banyak ya kru-nya... :) Semoga benar2 bisa menjadi jurnalis militan dalam memberitakan kebenaran, amin...!

Akhirnya, DuaBelaSdetik edisi ini (yang membengkak menjadi 18detik, hehe...), siap dicetak dan dipasang di lokasi mading sekitar pukul setengah delapan malam. Penempelan dilakukan oleh para kru baru Sdetik, Syam'un, Vikram dan Satrio, yang sebenarnya sangat lelah hari itu sejak usai mandi pagi dan sarapan: latihan Pramuka, ekskul jurnalistik, dan belajar di Klinik Pendidikan MIPA di Bogor.


Tetap semangat! Mari terus mengabarkan detik2 kebenaran dalam hidup kita!

Saturday, September 7, 2013

The Campaign Strikes Back!


Ini adalah berita terbaru kampanye partai2 politik yang dibentuk oleh siswa kelas 2 SMP SMART EI untuk materi Demokrasi dalam pelajaran PKN.

Jumat minggu lalu (30/8) ada masing2 empat partai di kelas 2A dan 2B yang telah melakukan presentasi visi, misi dan lambang partai. Kemarin adalah waktu untuk pengenalan calon presiden OASE yang diajukan, serta menjabarkan program kerja yang akan dijalankan bila partai tersebut menang dalam Pemira.

Jadwal presentasi pagi adalah kelas 2A, tempatnya di halaman masjid Al Insan. Dua orang pendukung kampanye, Ustadzah Ratna dan Ustadzah Nika sudah hadir di lapangan.

Partai Insan Mulia, ada M. Insan Maulana, Andre Syaputra, M. Haydar Zaky D, M. Syam'un Al Ghazi, dan Daffa Abimanyu
Orasi Partai Pencari Ilmu bersama M. Fatikhur Rafi,  Ade Mustopic, Al Ghifari Farhan M., Vikram Makrif, dan Anggi Nurkholis

Partai Kesejahteraan Nasional, beranggotakan M. Harsa Nur R., Bimo Priyoyudho, M. Ibnu Al Fida, Dimas Ardian S., M. Al Hamid., Rizky Maulana Pardomuan PD.
Katanya ini "Partai Cibi-cibi", padahal resminya Partai Citra Bangsa :)
Ada Tri Agus Setiawandika, Jefri, M. Zikrur Rahman, M. Haidar Hilmy, Nadhif Putra W. dan Anas Wahid A.


Selepas solat Jumat dan makan siang, tiba giliran kelas 2B. Lapangan depan masjid sudah merata disinari cahaya matahari siang, jadi kami pindah arena kampanye ke lapangan yang berada lebih ke selatan sekitar 20 meter saja :)

Penampil pertama kampanye, Partai Gerakan Karya Disiplin, bersama Ahmad Ilham Akbar, Vebrian Galih Sati V., M. Ikrom Azzam, Yanwari Musthafa Zein, Ridho Wahyudi Putra, dan M. Aziz Nur Hikmah

Partai Anak Dakwah Indonesia, mengklaim sebagai idaman para petani (ga nyambung tu, hehe..), mengutus juru kampanye Arman Apriansyah, Mukhlisin, M. Fahri, Aprulloh, M. Syahid Fathurrizky dan A. Senoaji Wijaya S.
Inilah Partai Indah, Aman dan Mandiri, menampilkan Ahcmad Fajar Cici Mulyana, A. Zikri Azmi, M. Ihsan Kamaluddin Tamam, Abdulloh, dan Rizky Dwi Satrio (foto oleh Ustad Syahid Abdulqodir) 
Maaf, pengambilan gambarnya terlalu jauh. M. Qomaruddin, M. Yani Al Risky, Aldi Maulana, Ringga Eka Putra dan Yoga Rikhaldi Putra memaparkan program kerja Partai Perisai Demokrasi (foto oleh Ustad Syahid Abdulqodir)

Ustadzah Vivi dan Ustad Syahid ikut menyaksikan kampanye kelas 2B