Membangun kelas yang memberi inspirasi tidak selalu melalui pelatihan guru yang jauh, lama, dan mahal. Siswa di dalam kelas kita sendiri, bisa kok menjadi sumber inspirasi kita mengusahakan yang terbaik untuk mereka. Malah, mereka bisa jadi adalah "guru" yang lebih baik bagi teman2 mereka. Lebih lucu pula, bisa menghibur gurunya juga :)
Jadi, begini ceritanya...
Kelas 2 SMP SMART Ekselensia Indonesia angkatan 8 sekarang sedang mempelajari materi IPS Terpadu mengenai Uang dan Lembaga Keuangan. Iya, ini materi kelas IX, tapi sudah jadi jatah belajar siswa SMART di tahun kedua.
Selasa lalu (12/2) setelah membuka kelas, memberi pengantar dan menyampaikan tujuan pembelajaran, baik di kelas 2A maupun 2B, seisi kelas saya bagi menjadi enam kelompok. Ada tiga atau dua orang anggota di tiap kelompok. Masing2 kelompok harus menjadi kelompok ahli mengenai bank, koperasi, asuransi, dana pensiun, pegadaian, dan lembaga pembiayaan. Semua kelompok diminta melakukan wawancara dengan para guru dan karyawan di luar kelas mengenai fungsi dan kegiatan lembaga2 keuangan tersebut.
Di kelas pagi bersama 2B, waktu wawancara 20 menit selesai, para siswa kembali ke kelas. Secara bergantian mereka menjelaskan kepada teman2 yang lain tentang lembaga keuangan yang menjadi spesialisasi mereka. Ini sudah biasa, tapi kali ini mereka sudah saya minta untuk tidak membawa materi tercetak apa pun saat sedang menjelaskan. Kalau sekadar catatan yang dibuat saat wawancara masih boleh lah. Hal ini bisa membuat kita tahu persiapan dan pemahaman siswa atas tugas yang diberikan, juga melatih mereka mampu bicara cerdas dan percaya diri.
Nah, satu per satu kelompok saya beri giliran maju. Tiga orang "ustad cilik" maju menerangkan tentang bank, waktunya hanya 5 menit. Setelah itu langsung ada sepuluh siswa aktif yang bergantian mengacungkan tangan, bertanya tentang perbedaan bunga dan bagi hasil tabungan; fasilitas dan produk bank, fungsi bank sentral dan bank umum, serta dari mana bank bisa mendapat keuntungan.
Dengan cukup percaya diri, tanpa melihat catatan, ketiga ustad pun memberi jawaban kepada para siswa haus ilmu itu, walau terkadang ada info "sotoy" yang terselip, hehe... Saya biarkan dulu, namun tetap saya buat catatan untuk diluruskan. Waktu untuk tanya jawab yang seru itu selesai; belum lama saya mengambil alih "panggung", memberi apresiasi dan membuat pelurusan data dan fakta yang keliru mengenai bank, eh waktu belajar pun habis. Lima kelompok lain akan mendapat giliran menjadi ustad pada kesempatan berikutnya.
Siangnya pun begitu. Hanya satu kelompok kelas 2A yang sempat menjadi ustad, yaitu kelompok asuransi. Saat saya sedang menjelaskan adanya kejahatan berlatar belakang asuransi, pintu kelas kami terbuka. Ada tamu dari luar lembaga yang diantar langsung oleh Pak Ismail Agus Said, Presiden Direktur Dompet Dhuafa dan Pak Mulyadi, Direktur SMART EI. Bapak tamu ini (maaf, saya lupa nama beliau:p) diperkenalkan sebagai mantan direktur di perusahaan besar seperti RCTI dan Citibank. Mendengar kata "Citibank", saya langsung mengundang beliau untuk menjadi "nasabah" di kelas lembaga keuangan kami pekan depan. Beliau bilang mau hadir, jadi, kita lihat saja Senin depan, ya ;)
(bersambung ke bagian dua)
No comments:
Post a Comment